Laporan Reporter Tribun Jogja, Khaerur Reza
TRIBUNNEWS.COM JOGJA - Ratusan orang nampak antusias berkumpul di sekitar Bangsal Ponconiti Keraton Yogyakarta sejak Senin (5/12/2016) sore guna menunggu prosesi ritual Miyos Gongso yaitu prosesi dibawanya dua buah gamelan milik keraton le Masjid Gedhe Yogyakarta dalam rangka memperingati maulid nabi.
Sejak sore dua buah gamelan yaitu Kanjeng Kyai Nagawilaga dan Kanjeng Kyai Guntur Madu sudah ada di Bangsal Ponconiti.
Sekitar pukul 19.00 WIB kedua gamelan tersebut mulai ditabuh oleh para abdi dalem, masyarakat yang berkumpul pun makin banyak yang berdatangan.
Mereka menunggu salah satu rangkain dari Miyos Gangsa yaitu sebar udhik-udhik dimana pihak keraton akan membagikan sedekah kepada masyarakat.
Sekitar pukul 20.00 WIB akhirnya pihak keraton keluar untuk menyebarkan udhik-udhik, nampak tiga orang rayi dalem atau adik raja berada di depan yaitu GBPH Prabukusumo, GBPH Yudhaningrat dan GBPH Cakraningrat.
Di belakang mereka nampak pula empat dari lima orang putri dalem atau putri raja yang juga keluar yaitu GKR Mangkubumi, GKR Hayu, GKR Bendoro dan GKR Condrokirono mengiringi. Hanya satu orang putri dalem yang tidak tampak yaitu GKR Maduretno.
Seusai berkeliling di bangsal ketujuh orang keluarga inti keraton tersebut kemudian segera menyebarkan udhik-udhik berupa uang receh, beras dan bunga kepada masyarakat yang menunggu.
Masyarakat yang sudah menunggu lama pun langsung berebut udhik-udhik tersebut dengan berdesak-desakan bahkan mereka juga rela mencari sampi ke sudut-sudut bangunan dan pepohonan yang memang ada sekeliling bangsal.
Banyak orang yang meyakini bahwa uang udhik-udhik tersebut bisa membawa kebaikan bagi mereka.
Acara inti yaitu Miyos Gongso sendiri akan dilaksanakan jelang tengah malam nanti, nantinya dua gamelan tersebut akan dibawa melewati Siti Hinggil Kraton Yogyakarta melewati Pagelaran, Alun-alun Utara untuk selanjutnya ke barat menuju gapura masuk Masjid Gedhe Kauman dengan dikawal oleh dua bregada prajurit Kraton Yogyakarta, yakni Jogokaryo dan Patangpuluh. (*)