TRIBUNNEWS.COM, BANDA ACEH - Ketika sebagian orang masih terlelap tidur dan usai menjalankan ibadah salat Subuh bumi bergetar hebat di Aceh.
Aliya (10), seorang anak warga Ulee Glee Pidie Jaya sempat terkurung reruntuhan ruko tempat tinggalnya saat gempa berkekuatan 6,5 skala richter mengguncang Kabupaten Pidie Jaya, Aceh.
Aliya masih terlelap di peraduan saat gempa terjadi, mendadak bangunan runtuh menimpa dirinya. Ia pun berusaha keluar menyelamatkan diri dengan merangkak.
"Aliya yang terjebak dalam ruko berhasil keluar dengan merangkak dari reruntuhan, kondisinya luka-luka dan trauma," kata Raudatul Jannah, kerabat Aliya.
Saat itu Aliya hanya bisa menangis dan merintih kesakitan. Tubuhnya berdebu kena reruntuhan bangunan, dengan lirih ia coba berusaha memberitahu bahwa kedua orangtuanya, Mariani sang ibu dan Ibrahim sang ayah masih terjebak di dalam.
"Dia hanya bisa bilang kalau ayah ibunya ada di dalam ruko masih terjebak, dia kondisi trauma berat," kata Raudatul Jannah.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten Pidie Apriadi mengatakan, pihaknya terus memantau kondisi kerusakan di Kabupaten Pidie Jaya.
"Kita perlu alat berat untuk membersihkan reruntuhan, tetapi belum ada alat berat standby dan ini sedang diusahakan," kata Apriadi.
Apriadi mengimbau warga untuk bisa tetap waspada terhadap potensi adanya gempa susulan di kawasan Pidie jaya.
Lain Aliya, lain lagi Hj Farida. Ia bersama sang suami terkubur material ruko yang dihuninya. Proses evakuasi suami istri ini menggunakan dua alat berat. Ruko berlantai empat itu terletak di pinggir jalan nasional, tepatnya di Gampong Sukon Teupinraya, Kecamatan Glumpang Tiga.
Informasi yang didapat tiga unit ruko berlantai empat itu digunakan H Jailani sebagai gudang barang sembako. Saat kejadian H Jailani belum sempat keluar melaksanakan salat Subuh.
"Kita belum mengetahui nasib H Jailani bersama isterinya yang terkubur di reruntuhan bangunan ruko. Karena proses evakuasi sedang berlangsung ," kata Faisal.
Di Gampong Mesjid Trienggadeng, Pidie Jaya, dua bocah Gampong Mesjid Trienggadeng, Pidie Jaya dilaporkan tewas tertimpa reruntuhan bangunan.
"Sedangkan orang tua dari kedua bocah ini mengalami luka berat kini sedang dirawat di Rumah Sakit Umum Sigli," ujar Usman (45) warga Mesjid Trienggadeng di RSUD Tgk Chik Di Tiro Sigli.
Usman (45) dan temannya A Jalil (40) membawa orang tua kedua bocah itu dengan mobil kijang pikap dari Gampong Mesjid Trienggadeng ke RSUD Sigli.
"Sedangkan kedua bocah meninggal itu saat ini sedang dilakukan fardhu kifayah di desa itu oleh kerabat di sana," ujar Usman.
Saibul alias Dek Bul adalah anak dari pasangan Amiruddin Salam/Cut Idayani. Sedangkan Umar (2,5) anak dari Nurdin/Sarmela. Kedua pasangan ini asal Gampong Desa Mesjid Trienggadeng, Pidie Jaya.
Hingga sore pukul 17.00 WIB menurut data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) korban tewas naik menjadi 53 orang. Korban luka berat juga naik menjadi 73 orang.
Informasi tersebut disampaikan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui akun Twitter resminya @BNPB_Indonesia. Selain 53 korban meninggal, ada 1 orang dinyatakan hilang.
Selain itu menurut BPBD ada 73 orang yang mengalami luka berat dan 200 orang lainnya mengalami luka ringan. Kerugian materil akibat gempa ini dalam catatan BNPB sejauh ini ada 163 rumah rusak berat, 105 ruko roboh, 14 masjid roboh, 1 sekolah roboh serta 1 RSUD roboh.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyatakan, saat ini tim SAR gabungan masih melakukan evakuasi. Diperkirakan masih ada korban yang terjebak di reruntuhan bangunan. Sebuah tenda TNI juga tampak terpasang di halaman rumah sakit Chik Ditiro Sigli di Kabupaten Pidie.
Ambulans pun beberapa kali keluar masuk rumah sakit mengantarkan para korban. Tim gabungan dari berbagai unsur terus melakukan evakuasi di sekitar wilayah tersebut.(Serambi Indonesia/Tribunnews)