Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani
TRIBUNNEWS.COM, PONTIANAK - Satu peserta Pendidikan Alih Golongan dari Bintara ke Perwira Polri tahun ajaran 2016 asal Polda Kalbar, Aiptu Siti Nikmatul Hadiyah (46) berhasil meraih nilai akademik tertinggi dengan menerima penghargaan cendekia dari Kapolda Kalbar, Irjen Pol Musyafak saat Upacara Penutupan Pendidikan Alih Golongan dari Bintara ke Perwira Polri tahun ajaran 2016 di Sekolah Polisi Negara (SPN) Pontianak, Selasa (20/12/2016).
"Alhamdulillah, akademiknya 76,88 dari sebanyak 109 siswa yang ikut Pendidikan Alih Golongan dari Bintara ke Perwira Polri tahun ajaran 2016."
"Penghargaan cendekia ini hanya saya yang peroleh, kalau yang satu lagi tadi siswa yang mendapatkan penghargaan tertabah atau mentalnya yang tertinggi. Hari ini kami berdua yang mendapatkan pernghargaan," ungkapnya usai upacara.
Polwan berjilbab yang akrab disapa Diyah ini bersyukur dapat mencapai nilai akademik tertinggi, karena menurutnya tak mudah untuk mendapatkan nilai yang cukup dalam waktu belajar yang terbatas selama 1 bulan pendidikan di SPN Pontianak.
"Senang ya, kami itu belajar full time, kegiatan kami dari jam 5 pagi sudah dimulai dengan olahraga dilanjutkan dengan apel, dan mulai belajar pukul 07.30 WIB baru berakhir itu pukul 21.00."
"Saya juga ndak menyangka nilai akademik saya bisa bagus, karena waktu belajar terbatas, jam 9 malam itu kan sudah ndak sempat belajar lagi materi tadi siang, karena sudah harus mempersiapkan paper untuk besoknya," paparnya.
Sebelum menjalani pendidikan alih golongan, Aiptu Diyah bertugas sebagai Pejabat Sementara (PS) Kasi Hukum di Polsek Singkawang Barat, Polres Singkawang.
"Dalam pendidikan ini ada 17 mata kuliah, yang diujikan itu ada 7, cuma untuk yang tidak diujikan itu dinilai dari keaktifan di kelas sama tugas-tugas, karena dia kurang dari 10 JP (jam pelajaran), kalau diatas 10 JP itu ada ujiannya," jelasnya.
Usai upacara, Kapolda Kalbar sempat menggoda Aiptu Diyah ketika mendapatkan ucapan selamat dari suaminya, Kolonel Inf Khairul Anwar yang juga menjabat sebagai Danrindam XII/ Tpr Singkawang.
"Masa cuma gitu aja," ujar Kapolda kepada pasangan suami istri tersebut saat melihat keduanya hanya bersalaman.
Kolonel Inf Khairul Anwar kemudian mengulang bersalaman kepada istrinya sekaligus menempelkan pipi kepada istrinya di depan Kapolda, yang diiringi sambutan hangat para Kapolres jajaran Polda Kalbar beserta ibu-ibu Bhayangkari.
Aiptu Diyah membina hidup rumah tangga selama 18 tahun bersama Kolonel Inf Khairul Anwar. Selama itu, ia dapat membagi waktu antara pekerjaannya di Polri, kemudian sebagai Ketua Cabang X Persatuan Istri Prajurit (Persit) Rindam XII/ Tpr, hingga perannya sebagai istri, serta sebagai ibu bagi kedua putranya.
"Semua itu bisa di manage dengan baik pembagian waktu sehari-hari, supaya tugas kedua saya baik itu di organisasi suami atau pun di kantor, semua bisa berjalan dengan baik. Semua yang menjadi tanggungjawab saya, dapat saya selesaikan dengan baik," jelas Aiptu Diyah.
Aiptu Diyah mengaku harus mampu mengatur waktu. Ia kerap menempatkan waktu untuk organisasi Persit di luar jam dinas bekerjanya sehari-hari.
"Sabtu - Minggu kantor libur, jadi saya ambil hari itu. Kalau ndak, di hari lain biasanya di atas jam 4 sore. Pagi saya dinas di kantor, sorenya saya baru aktif sama ibu-ibu Persit Cabang 10 Rindam XII Tanjungpura," terangnya.
Menurut kisahnya pula, suaminya selama ini selalu menjadi orang pertama yang memberikan dukungan kepadanya, dalam setiap aktifitas apapun termasuk dalam kariernya.
"Sangat mendukung, tanpa dukungan dari Bapak, mungkin saya tidak sampai di sini," ucapnya.
Hal senada diungkapkan Kolonel Inf Khairul Anwar, yang mengaku selama ini saling mendukung bersama istrinya dalam pencapaian karier di masing-masing tempat bertugas.
"Kami dapat membagi waktu, kapan bersama keluarga dan kapan waktu bekerja. Seperti istri saya ini, pada saat jam dinas dia melakukan tugasnya seperti biasa, sebagaimana mestinya seorang Polisi," ujar Danrindam XII/ Tpr Singkawang ini saat duduk berdampingan dengan istrinya.
Jika ada aktifitas istrinya di luar kepolisian, ia kerap melihat istrinya melaksanakan tugas lainnya diluar jam kerja dinas. Sehingga, kegiatan apapun baik di lingkungan TNI maupun Polri, istrinya tetap bisa mengambil peran aktif.
"Putra pertama kami kelas 3 SMA, yang kedua kelas 1 SMP. Keduanya sekolah di Purworejo, jadi kami atur jadwal untuk bertemu diwaktu libur, apabila jadwal cukup padat kami selalu berkomunikasi melalui telepon, WA kadang-kadang melalui video call," sambungnya.