Insiden terjadi, Kamis (1/12/2016) sekitar pukul 14.00 WIB. Saat itu, korban baru saja pulang mencari timah (ngerobin) bersama istrinya, Martina (42) di Parit 10 Dusun Cengel, desa setempat.
Usai ngerobin, Muskandi bermaksud membersihkan diri di sebuah kolong, tak jauh dari tempatnya mengais timah.
Begitu juga istrinya, Martina (42), setia mengikuti suami. Muskandi lebih dulu turun ke air, sedangkan Martina, masih berdiri di bibir kolong.j
Saat Muskandi menceburkan diri ke dalam kolong, beberapa detik kemudian, terdengar suara teriakan dari pria itu. "Tulong..tulong..kugigit baye (tolong saya digigit buaya -e)," kira-kira demikian teriakan Muskandi, siang tadi.
Mendengar teriakan suami, Martina langsung menoleh ke arah kolong.
Betapa terkejutnya wanita empat anak itu, saat melihat saat suami disambar buaya.
Saya tekejut saat tahu suami saya disambar buaya. Saya berteriak minta tolong," kata Martina (42), ditemui Bangka Pos Group, Kamis (1/12/2016) lalu.
Belum habis kehebohanan serangan buaya di Merawang, muncul lagi kabar sejumlah buaya yang bermunculan di jembatan sungai Kayu Besi.
Kepala Desa (Kades) Kayubesi, Rasyidi, Rabu (7/12) mengungkapkan memang sudah sejak berbulan-bulan lalu, buaya sering muncul di sungai bawah jembatan desa mereka.
"Kadang muncul satu ekor, kadang sekaligus dua ekor," kata Kades.
Kades mengaku tak tahu dari mana asal buaya ini. Yang jelas, diperkirakan ada empat ekor buaya ukuran relatif besar, namun hanya dua diantaranya, sering menampakan diri di sungai, bawah jembatan.
"Lebar buaya sekitar 1,5 keping papan, panjang hampir empat meter," katanya.
Buaya muncul hampir setiap hari, pagi atau sore hari. Kemunculan buaya menarik perhatian anak-anak dan para orangtua di desa ini.
Kades menyebut, tak tahu apa penyebab kedatangan buaya di sekitar jembatan dekat pemukiman warga. Walau belum ada korban, warga tetap berhati-hati saat turun ke sungai itu.
"Memang belum ada warga kami yang disambar buaya. Tapi menurut dukun kampung, buaya itu mau minta tumbal (korban). Makanya warga harus waspada," katanya. (Iwan Satriawan)