TRIBUNNEWS.COM, TABANAN – Kasus pencurian yang melibatkan anak di bawah umur sebagai pelaku utama terungkap di Kecamatan Baturiti, Tabanan, Bali.
Kali ini pencurian dilakukan oleh seorang pelajar SMAN 1 Baturiti, berinisial I Gede SY yang mencoba mencuri di sekolahnya sendiri.
Kejadian yang berlangsung pada Selasa (3/1/2017) sekitar pukul 17.00 wita itu diketahui oleh staf SMAN 1 Baturiti, I Wayan Giur (50) yang akan mengunci pintu ruangan belajar dan gerbang sekolah.
Saat akan mengunci pintu itu, Giur mendengar suara seseorang yang membuka paksa pintu laboratorium teknologi informasi dan komunikasi (komputer red).
Setelah di cek oleh Giur, ditemukanlah pelaku yang sedang membuka pintu dengan menggunakan linggis.
Kapolsek Baturiti, Kompol I Gede Made Surya Atmaja saat dikonfimasi membenarkan kejadian tersebut dan pihaknya saat ini masih melakukan pengembangan kasus.
“Masih dalam penyelidikan anggota, nanti saya ksi inforamasi lengkapnya. Sabar ya,” katanya, Rabu (4/1/2017).
Dari informasi yang dihimpun Tribun Bali, saat kejadian, I Wayan Giur kebetulan datang ke sekolah dengan maksud untuk mengunci pintu kelas dan pintu gerbang.
Sampai di sekolah, pada saat hendak mengunci pintu kelas, dia mendengar suara seseorang yang akan membuka sesuatu dengan paksa.
Selanjutnya ditelusiri hingga ke sumber bunyi.
Saat itu dilihatlah pelaku sedang membuka paksa pintu ruangan komputer dengan menggunakan sebuah linggis.
Selanjutnya, Giur berteriak minta tolong dan menyebut ada maling.
Kemudian datanglah pegawai SMAN 1 Baturiti yang lain, I Wayan Suanda bersama warga masyarakat, dan langsung mengejar pelaku.
Bersamaan dengan kejadian itu, datang pihak kepolisian menangkap pelaku, dan langsung mengamankan pelaku ke Polsek Baturiti.
Dari hasil pengembangan oleh pihak kepolisian, pelaku mengaku telah dapat melakukan pencurian di SMPN 1 Baturiti sebanyak empat kali hingga menyebarkan teror.
Selain itu, pelaku juga sempat diajak untuk mencari barang bukti di rumah pelaku di Banjar Bukit Catu, Desa Candikuning didampingi Kepala Dusun I Wayan Sarma, kedua orang tua pelaku dan Babin Kamtibmas. (*)