Laporan Wartawan Tribun Jateng, Rival Almanaf
TRIBUNJATENG.COM, DEMAK - Murid SD Negeri Sayung 1 tetap mengikuti upacara bendera Merah Putih meski halaman sekolah terendam banjir pada Senin (13/2/2017).
Terdengar kecipak ketika tim pengibar bendera bertugas menaikkan bendera Merah Putih. Langkah mereka menuju tiang bendera tidak setegas biasanya.
Beberapa kali mereka kesulitan untuk menjaga keseimbangan karena permukaan tanah di bawah air tidak rata dan tidak tampak.
Meski waktu sudah agak siang, suasana khidmat tetap terasa dalam upacara bendera tersebut. Terlebih ketika lagu Indonesia Raya berkumandang dan bendera beranjak naik. Semua peserta hormat tak peduli rok dan celana basah oleh genangan air setinggi 30 sentimeter.
"Susah melangkah menuju tiang bendera karena banjir, jadi agak terganggu ngibarinnya," kata pengibar bendera Merah Putih, Melinda Oktaviana.
Menurut dia permukaan tanah yang tertutup genangan tidak rata dan bermaterikan batu kerikil sehingga ia harus berhati-hati agar tidak terasa sakit atau jatuh.
"Kalau jalan biasa walaupun pas banjir kan nggak harus serempak, susah sih tapi seneng bisa upacara lagi soalnya sudah lama nggak upacara," ia menambahkan.
Dua Pekan
Kepala SDN Sayung 1, Ning Swarti, menjelaskan sudah dua pekan banjir melanda sekolahnya. Sudah dua kali pula muridnya tidak menjalankan upacara bendera Senin pagi. Ia khawatir jika terus tidak dilaksanakan rasa cinta tanah air muridnya akan luntur.
"Mumpung sedikit surut kami coba menggelar upacara. Setiap sekolah memang diwajibkan upacara Senin pagi, sekaligus menanamkan rasa cinta tanah air meski dalam kondisi banjir," terang Ning.
Hari-hari sebelumnya banjir setinggi pinggul orang dewasa, sehingga upacara tidak bisa diselenggarakan. Bukan hanya tinggi, saat pagi hujan banyak murid terpaksa tak masuk.
"Ini karena tidak telalu dalam banjirnya, jadi yang masuk banyak, sebelumnya saat masih tinggi, satu rombel bisa cuma lima hingga empat orang saja yang berangkat," terang dia.
Sekolah yang terletak di tepi Sungai Dombo itu memiliki 262 murid yang terbagi dalam sembilan rombongan belajar.
Mereka sejatinya memiliki 11 ruangan dengan sembilan di antaranya untuk ruang kelas. Namun enam ruangan terendam banjir sehingga tidak bisa digunakan.
"Total sebenarnya sekolah kami ada sembilan rombel, namun karena baru lima kelas yang sudah ditinggikan maka ada rombel yang kami gabung," terang Ning.
Sudah Ajukan Proposal
Pihak sekolah sudah mengajukan proposal untuk merombak sekolah lebih tinggi agar tidak terdampak banjir. Meski demikian dana yang diharapkan belum kunjung turun.
"Saya sudah ajukan proposal sejak 2016 saat ini belum turun. Harapannya segeralah, karena banjirnya sudah terlalu sering. Lapangan padahal habis saya tinggikan 40 sentimeter, masih juga kena banjir setinggi itu," ucap dia.
Ia sempat putus asa karena merasa berlomba dengan alam. Tanah terus diurug banjir juga semakin tinggi. Bangunan kembali dicat namun juga selalu terkelupas karena lembab saat tergenang.
"Itu ngurug dana sukarela dari orangtua murid, saya sudah telepon lagi ke dinas Januari lalu, katanya akan diberikan DAK terlebih dahulu, sampai sekarang belum turun. Namun kalau DAK mungkin hanya bisa untuk menaikkan dua atau satu ruangan saja," terangnya.
Ia mencontohkan dari lima ruang kelas yang ditinggikan, saat ini empat di antaranya menggunakan sumbangan dana dari pemerintah pusat. Satu ruang menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK) pemerintah daerah.
"Dari APBN dapat Rp 333 juta pada tahun 2015, sementara dari DAK tahun 2016 dapat 140 juta," ulas dia.
Belum Menerima
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Demak, Anjar Gunadi ketika dikonfirmasi melalui sambungan telepon mengaku belum menerima ajuan anggaran perbaikan.
"Kalaupun sudah mengajukan ya tidak langsung turun, ada prosesnya nggak seperti minta kepada bapaknya to, kecuali benar-benar darurat," kata Anjar.
Menurutnya, jika kondisi darurat bisa mengajukan bantuan ke BPBD untuk mendapatkan bantuan penanganan kebencanaan.
"Saya lihat kegiatan belajar mengajar (KBM) masih bisa dilakukan kok, ya jalankan saja," terang dia.
Anjar menjelaskan, jika memang seluruh sekolah terendam baru diperkenankan untuk menghentikan KBM. Jika ada ruangan yang lebih tinggi KBM dialihkan ke lokasi yang tidak terendam.