"Masing-masing bawa ngalo. Saya bawa setengah karung. Sudah habis," ujar Putra warga Suku Sakai.
Untuk minum warga Suku Sakai membawa wadah air berupa labu yang dikeringkan.
Wadah yang mirip kendi tersebut dibentuk sedemikian rupa hingga praktis untuk diisi air dan langsung minum.
"Air pun sudah tidak ado yang bersih. Kami minum air mentah," terang Putra.
Selain mendesak mengembalikan tahan ulayat, seratusan warga Suku Sakai juga meminta Pemerintah Provinsi Riau memperhatikan kondisi perekonomian warga Suku Sakai.
"Kami warga Suku Sakai yang masih bertahan. Yang sudah maju sudah pergi, tinggal kami yang kini ditenggelamkan (dipinggirkan)," ujar Putra.