News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Hari Kartini

Sembilan Tahun Jadi Sopir Tambang, Inilah Kartini Asal Sangatta

Editor: Y Gustaman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sudah sembilan tahun Rini Pratiwi berprofesi sebagai operator truk di PT Kaltim Prima Coal. Tapi ia tak melupakan tugasnya sebagai ibu rumah tangga. TRIBUN KALTIM

TRIBUNNEWS.COM, SANGATTA - Hari Kartini yang diperingati tiap 21 April terwujud sebagai peringatan dan penghormatan atas perjuangan kaum perempuan, simbol kesetaraan gender, serta emansipasi wanita.

Kini, perjuangan RA Kartini kini berbuah manis. Segala keterbatasan yang mengungkung hak-hak wanita dahulu kala berhasil dihilangkan masa kini.

Setelah ratusan tahun peringatan itu dirayakan, bukan berarti pekerjaan rumah mengenai perlindungan dan hak-hak wanita selesai diperjuangkan.

Memang, tak seperti dulu, ketika Kartini harus bergerilya memperjuangkan hak-hak wanita agar mendapatkan pendidikan layak. Kini, "Kartini-kartini" itu kadung tumbuh dengan mudahnya akses pendidikan.

Banyak wanita karier sukses, namun berhasil pula menangani tugas rumah tangganya selama masih mampu merancang manajemen waktu.

Dalam bekerja, semua dituntut profesional. Tidak memandang pekerja laki-laki atau perempuan, memiliki hak dan tanggung jawab yang sama, sesuai upah yang diperoleh.

Apalagi, saat ini tak sedikit perempuan yang mendapat kesempatan berkecimpung di lingkup pekerja yang mayoritas laki-laki. Seperti dunia pertambangan.

Pekerja wanita di tengah areal tambang batu bara sudah mulai berseliweran. Mengemudikan truk raksasa atau dikenal julukan operator. Berpakaian seragam dengan sepatu kerja setinggi betis, berompi dan mengenakan helm.

Satu di antara wanita yang memilih profesi sebagai operator truk adalah Rini Pratiwi.

Wanita kelahiran Sangatta, 12 Desember 1987 lalu ini bergabung sebagai operator sejak 2008 lalu. Keinginan memperoleh penghidupan yang lebih baik, membawa langkahnya memasukkan lamaran ke PT Kaltim Prima Coal.

"Saat itu, saya sudah bekerja di perusahaan jasa. Kemudian dengar ada lowongan untuk operator bagi putra daerah Kutim, khususnya Sangatta, yang lahir dan bersekolah di Sangatta. Saya juga melihat mereka yang bekerja di perusahaan seperti PT KPC, bisa lebih baik kehidupannya," ungkap operator yang saat ini tergabung dalam Crue Bravo Hatari ini.

Meski tidak memiliki pengalaman mengendarai roda empat, apalagi alat berat, Rini tetap nekat melamar. Dukungan dari keluarga cukup besar. Rangkaian proses panjang pun dilalui dengan mulus. Buahnya, ia berhasil diterima.

"Waktu itu melamar saja. Nggak punya pengalaman operator, kursus atau sekolah operator. Karena memang, kita tidak langsung dilepas berkendara, tapi ada pelatihan dulu dari perusahaan, sampai benar-benar bisa mengendarai unit," ujar Rini.

Menurutnya, semua butuh proses, termasuk pekerjaan. Dunia kerja di areal pertambangan yang penuh risiko dilakoni Rini dengan rasa senang.

Berteman dengan pekerja yang mayoritas laki-laki pun sudah dianggap biasa. Tidak ada rasa risih atau tak enakan. Tak takut ada tindakan pelecehan?

"Kalau di lingkungan kerja, tidak ada yang namanya pekerja laki-laki berani berbuat lancang ke teman perempuan. Itulah beruntungnya bekerja di PT KPC, untuk hal-hal seperti itu, perusahaan punya sanksi tegas. Bisa langsung dipecat kalau dilaporkan melakukan pelecehan," kata alumnus SMA Muhammadiyah Sangatta.

Saat ini, sudah sembilan tahun, Rini menjalani kehidupan sebagai sopir di area pertambangan batu bara. Jodoh pun ia temukan di lokasi tambang. Yakni rekan sesama operator.

"Saya sudah menikah tiga tahun lalu. Bertemu suami di tambang. Kami sama-sama operator dan satu kru juga. Sama-sama memahami dan alhamdulillah, suami tidak meminta saya berhenti bekerja karena sudah menikah," ungkap wanita berjilbab ini.

Meski bekerja dengan sistem shift selama 12 jam per hari, Rini tetap melakukan kewajiban rumah tangga sebagai seorang istri. Mencuci, membersihkan rumah, memasak tetap dilakoninya untuk suami tercinta.

"Suami saya karena pekerjaannya sama, mengerti saja dengan kondisi yang ada. Kalau saya capek sekali, ya tidak perlu masak. Pulang kerja, cukup membeli makanan matang, kemudian istirahat. Tapi kalau saya tidak terlalu lelah, semua pekerjaan rumah tetap saya yang kerjakan," ujar Rini.

Ia memahami sebagai perempuan dan istri, harus melayani suami dengan baik. Menjadi ibu rumah tangga yang mumpuni. Tapi, prinsipnya, wanita yang bisa mengurus rumah tangga dan bisa pula bekerja di luar rumah, adalah wanita yang luar biasa.

"Saya ingin menjadi wanita yang luar biasa itu. Mandiri, bekerja keras dan tidak bergantung pada orang lain. Ada kepuasan tersendiri bila bisa mencari uang sendiri," kata Rini.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini