TRIBUNNEWS.COM,PALEMBANG - Satu lagi korban kasus penembakan terhadap satu keluarga di Lubuk Linggau, Sumatera Selatan, menghembuskan nafas terakhir, Senin (24/4/2017) pagi.
Indrayadi meninggal setelah menjalani operasi pengambilan proyektil peluru di Rumah Sakit Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang.
Indrayani mengalami luka tembak di bagian leher dan menembus tulang belakang, setelah Honda City yang ditumpanginya diberondong tembakan oleh Brigadir K.
Korban meninggal setelah menjalani perawatan selama 6 hari di RSMH.
Korban tewas pertama kasus tersebut yaitu Suryati (55).
Jenazah Indrayani langsung dibawa ke Desa Blitar, Kecamatan Sindang Kelingi, Kabupaten Rejang Lebong, Lampung, menggunakan ambulans milik Polda Sumatera Selatan (Sumsel).
Kapolda Sumsel, Irjen Pol Agung Budi Maryoto, mendatangi kamar jenazah untuk menyampaikan bela sungkawa kepada pihak keluarga Indrayani.
"Saya datang langsung ke kamar mayat untuk memberikan doa dan berbelasungkawa," ujar Kapolda.
Agung baru saja tiba kembali di Palembang setelah mengunjungi keluarga Suryati di Bengkulu.
"Saya juga datang ke rumah korban, Suryati, di Bengkulu untuk menjelaskan kejadian yang terjadi, intinya keluarga pasrah pada kejadian ini. Pihak keluarga berterima kasih atas perhatian yang diberikan Polda Sumsel," ujar Kapolda.
Kapolda juga berjanji memberikan perhatian lebih kepada ketiga korban lainnya yang saat ini tengah menjalani perawatan di RS Bhayangkara, Palembang.
Patriana (33), Istri Indrayadi, mengaku sudah mengikhlaskan kepergian suaminya.
"Ketika dapat kabar, kami sudah ikhlas jika memang takdirnya seperti itu. Kami hanya bisa menerima, kami ikhlas," ucap Patriana ketika ditemui di kediamannya, Desa Blitar Muka, Kecamatan Sindang Kelingi, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu.
Pasangan Indrayani dan Patriana dikaruniai tiga anak yaitu Yoga Pidyoka (10), Dika Pitria (5) dan Dian Aisyah (1).
Sambil memegang foto perkawinan, Patriana mengaku mendapat kabar suaminya meninggal dunia sekira pukul 06.00 WIB.
Pemberitahuan disampaikan pihak keluarga yang berjaga di RSMH Palembang.
Ia sempat menjenguk sang suami ketika dirawat di RSMH Palembang. Saat bertemu, Indrayana dalam kondisi sadar namun tidak bisa bicara.
Baca: Indrayadi Meninggal Dunia Setelah Enam Hari Kritis
"Saat kami jenguk di ruang ICU dia tidak bisa bicara, karena saat itu lehernya mengalami luka. Jadi untuk bisa bicara sangat susah, tapi dia sadar dan melihat kita," ucapnya.
Masih Bersaudara
Kasus itu bermula ketika mobil yang membawa rombongan keluarga Suryati kabur menghindari razia yang dilakukan Polres Lubuk Linggau, Selasa (18/4/2017) lalu.
Mobil sedan Honda City berisi delapan penumpang (dua di antaranya anak-anak) itu kemudian diberondong tembakan menggunakan senjata laras panjang SS1 oleh Brigadir K.
Selain Suryati (tewas), Diki (29) terkena tembakan di bagian punggung, Indra (32) di tangan bagian kiri, Novianti (31) di lengan sebelah kanan, dan Dewi Arlina (35) di lengan sebelah kiri.
Cucu Surini, Genta Wicaksono (3) mengalami luka di atas telinga sebelah kiri karena diduga terserempet peluru. Seorang anak lainnya, Galih (6), tidak mengalami luka.
Kapolda Sumsel Agung Budi Maryoto mengakui antara Brigadir K dan keluarga korban ternyata masih ada hubungan keluarga.
"Memang, Brigadir K dengan keluarga korban masih ada hubungan keluarga. Masalah ada hubungan keluarga, biar mereka yang saling bersilahturahmi," ujar Irjen Agung.
Kapolda mengaku, saat ini ia masih terus berupaya untuk fokus mengurusi para korban yang masih dalam perawatan di RS Bhayangkara Palembang.
"Untuk Galih, sudah sehat dan sebenarnya sudah bisa pulang. Tetapi karena ibunya masih dalam masa pemulihan, ia masih berada di rumah sakit. Sedangkan Dewi dan Novi saat ini masih dalam perawatan," katanya.
Kapolda juga menjelaskan proses hukum terhadap Brigadir K terus dilakukan.
"Memang ada hubungan keluarga, tetapi saya tetap tegas terhadap anggota yang melakukan kesalahan. Proses hukum tetap dilaksanakan," kata Agung.
Kapolda mengaku telah meminta sejumlah tokoh di Lubuk Linggau agar tetap menjaga kondisi keamanan. Menurutnya insiden itu murni kesalahan yang dilakukan oknum anggota Polri di lapangan.
"Dari pertemuan yang dilakukan, masyarakat tetap mendukung diadakannya razia, karena dapat menekan tindak kejahatan dan menangkap pelaku kejahatan. Sering dilakukannya razia banyak menurunan tindak kejahatan seperti begal hingga curanmor," jelas jenderal bintang dua ini. (tribunsumsel/ardiansyah)