Sejam setelah peristiwa menggenaskan tersebut, Ruslan mangaku baru mendapat kabar.
“Jam delapan pagi. Kabar dari istrinya, dia (menghubungi) lewat pamannya. Baru dari pamannya di sampaikan ke sini,” imbuhnya.
Istri Teguh, Dahlia Indah Puspita, mencoba tampak tegar selama proses pemakaman. Mengenalkan pakaian berwarna cerah dan berjilbab hitam, ia memperlihatkan raut muka tegar.
Dahlia baru menangis ketika peti jenazah sang suami dikuburi tanah. Selama itu, ia menutup wajah dengan kerudung dan handuk kecil.
Ketegaran serupa ditunjukkan Bintang Afansa, anak sulung Teguh. Bocah yang baru lulus sekolah menengah atas itu tampak kuat selama pemakaman.
Dia juga turun ke dalam liang lahat membantu proses pemakaman. Bintang terlihat ingin menangis baru sesaat sebelum meninggalkan TPU.
Selain Bintang, Teguh meninggalkan seorang anak lain yang masih menempuh pendidikan anak usia dini, yakni Surya.
Di mata keluarga besar, Teguh adalah sosok yang tak neko-neko.
“Kalau pulang, dia tidak pernah ke mana-mana,” kata Trimurti (65), bibi Teguh.
Di sisi lain, ujar dia, lelaki kelahiran 1972 itu punya kecenderungan suka bergurau.
Sejak Teguh bekerja di Tanggerang, intensitas pertemuan antara keluarga besar itu pun relatif jarang.
“Mereka kan tinggalnya di sana,” ungkap dia.
Trimurti tinggal bersebalahan dengan Ruslan.
Seperti halnya sanak lain, Trimurti kaget saat mendengar kabar keponakannya meninggal secara tragis.