News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Berita Eksklusif Jawa Tengah

Cerita Syaufani Berikan Rp 1 Juta Anaknya Berhaji dengan Berjalan Kaki

Penulis: Muh Radlis
Editor: Y Gustaman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Syaufani Solichin (73) menceritakan putranya, Mochammad Khamim (26) yang berhaji ke Tanah Suci dengan berjalan kaki dari rumahnya di Pekalongan, Jawa Tengah, kepada Tribun Jateng, Rabu (24/5/2017). TRIBUN JATENG/MUH RADLIS

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Muh Radlis

TRIBUNNEWS.COM, PEKALONGAN - Dari ruang tengah rumahnya Syaufani Solichin (73) bercerita tentang anaknya berjalan kaki sudah setahun dari Pekalongan ke Mekkah.

Syaufani yang berpeci, berkemeja batik, menerima hangat Tribun Jateng di rumahnya di Jalan Raya Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan, Rabu (24/5/2017).

"Dia itu ke Mekkah mlampah (berjalan kaki), sekarang sudah di Abu Dhabi," Syaufani membuka cerita tentang anaknya, Mochammad Khamim (26).

Khamim merupakan bungsu dari empat bersaudara. Selama ini alumnus Universitas Negeri Semarang itu tinggal bersama ayahnya.

"Tiga kakaknya tinggal di Jakarta. Ibunya, istri saya, sudah meninggal 10 tahun yang lalu," Syaufani melanjutkan ceritanya.

Baca: Kisah Pemuda Pekalongan Jalan Kaki untuk Berhaji ke Tanah Suci

Mochammad Khamim Setiawan (28), pemuda asal Pekalongan ini berjalan kaki dari kampung halamannya di Pekalongan menuju Mekkah, Arab Saudi. ISTIMEWA (Istimewa)

Syaufani mengetahui niatan Khamim berjalan kaki ke Tanah Suci untuk ibadah haji sejak dia masih duduk di bangku kuliah. Tidak ada persiapan khusus yang dilakukan Khamim sejak itu.

"Persiapannya tiga tahun, tidak ada yang aneh-aneh. Hanya perbanyak puasa dan ibadah," kata Syaufani yang masih bekerja mengurus koperasi keluarga.

Sejak mengutarakan niatnya itu Khamim mulai mempersiapkan segala keperluan. Mulai dari perizinan hingga meminta restu beberapa kiai di dalam dan luar Pekalongan.

"Dia tidak minta apa-apa, hanya minta didoakan. Saya yang tanda tangan surat pernyataan izin di Kantor Agama Pekalongan," kata dia.

Khamim memulai perjalanannya naik haji dengan berjalan kaki pada 28 Agustus 2016 sekitar pukul 22.00 WIB. Banyak tamu dari Pekalongan hingga Jakarta mengantar kepergian Khamim.

Saat pertama kali memulai perjalanan, Khamim ditemani dua rekannya. Sesampai di Tegal, kedua temannya menyerah dan tidak melanjutkan perjalanan.

"Mereka berangkat bertiga, tapi sampai Tegal temannya menyerah. Tidak kuat katanya," kata Syaufani.

Tak ada bekal khusus yang dibawa oleh Khamim. Hanya baju baju dan uang dari ayahnya.

"Saya cuma kasih Rp 1 juta. Itu yang jadi bekal dia selama perjalanan dan alhamdulillah sekarang sudah sampai di Abu Dhabi," ungkap dia.

Sembilan bulan sudah Syaufani mengaku jarang sekali menelepon untuk menanyakan kabar anaknya. Tak bisa menggunakan ponsel alasan Syaufani tidak menghubungi anaknya.

"Teman-temannya kadang kasih lihat saya foto. Pernah saya komunikasi lewat video," kata Syaufani.

Sepanjang perjalanan, kata Syaufani, Khamim mengalami suka duka bermacam. Mulai dari diikuti orang tidak dikenal di Palembang hingga salat harus sembunyi saat berada di Myanmar.

Saat mengetahui anaknya telah sampai di Abu Dhabi, Syaufani tak bisa menyembunyikan rasa bangganya.

Tak ada pesan khusus buat anaknya yang memegang gelar sarjana ekonomi pembangunan tersebut.

"Saya cuma pesan hati-hati di jalan, kalau sudah berhasil jangan sombong. Saya sendiri tidak tahu kenapa dia mau jalan kaki naik haji. Dia memang kalau sudah punya niat akan dilakukan," kata dia.

Niat Bikin Pesantren

Meski saat ini tidak bekerja, rupanya Khamim telah membeli sebidang tanah di Kabupaten Batang untuk membangun pesantren.

"Dia sudah beli tanah di Batang. Sekarang tanah itu diberikan orang untuk bercocok tanam, nantinya mau bangun pesantren," kata Syaufani.

Ia tidak tahu dari mana anaknya mendapatkan uang untuk membeli tanah. Sejak lulus kuliah, Khamim hanya di rumah saja dan tidak ingin bekerja.

"Beberapa kali saya daftarkan kerja tapi dia tidak mau. Bahkan sudah pernah ada panggilan kerja dia tetap tidak mau. Katanya mau mendalami agama saja," kata dia.

Meski tidak bekerja, rezeki Khamim terus mengalir. Selama tiga tahun mempersiapkan perjalanannya ke Mekkah, Khamim hampir setiap malam didatangi tamu.

"Hampir tiap malam ada tamu yang datang, mereka hanya minta didoakan baik sisi kesehatan, rezeki hingga jodoh. Tamunya juga banyak yang dari luar kota," kata dia.

Tamu Khamim terdiri dari berbagai kalangan, mulai dari pemuda, pekerja, hingga aparat kepolisian dan pegawai negeri sipil.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini