TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Tiga hari jelang ekstradisi, Schapelle Leigh Corby (40) dikabarkan mengalami ketakutan dan stres.
Terpidana 20 tahun penjara kasus kepemilikan mariyuana 4,1 kilogram asal Australia ini enggan menampakkan diri dan menghindari sorotan awak media, baik lokal maupun internasional.
Corby mendapat pembebasan bersyarat pada Februari 2014.
Ia telah meninggalkan Lapas Kerobokan Denpasar setelah sembilan tahun menjalani hukuman di balik jeruji.
Sabtu (27/5/2017) nanti, wanita berjuluk "Ratu Mariyuana" tersebut akan bebas seutuhnya dan akan dideportasi ke Australia.
Terkait dengan keadaan Corby, Tribun Bali pun mengkonfirmasi Kepala Divisi Pemasyarakatan (Kadivpas) Kanwil Hukum dan HAM Bali, Surung Pasaribu, Selasa (23/5/2017).
Sebelumnya Surung bersama dua petugas Pembimbing Kemasyarakatan (PK) mengunjungi rumah kontrakan Corby di Jalan Kartika Plaza Gang Pudak Sari Nomor 9, Kuta Badung, pada 18 Mei 2017 lalu sekitar pukul 17.00 Wita sampai pukul 19.00 Wita.
"Iya saya bertemu dengan Corby terkait home visit PK meninjau situasi dan kondisinya. Kondisi Corby ketakutan dan stres. Saat bertemu, Corby memang memakai penutup mulut. Dia bilang lagi sakit, kemungkinan dia lagi flu. Jadi mulutnya ditutupi karena takut menular. Dia pakai masker kain. Tidak ada dia memakai topeng," jelasnya, kemarin.
Dalam pertemuan itu, Surung juga bertemu dengan kakak kandung Corby yaitu Mercedes Corby.
Saat bertemu, dikatakan Surung, Corby meminta agar pelaksanaan ekstradisi berjalan lancar.
Dari pembicaraan itu dia (Corby) hanya ingin saat pelaksanaan deportasinya berjalan dengan baik, tertib, dan tidak ribut-ribut.
Baca: Schapelle Leigh Corby Stres Jelang Dideportasi dari Bali
Intinya yang disampaikan, dia sudah menjalani bimbingan sampai terakhir. Dia minta tolong jangan sampai ada keributan," ujarnya.
Corby menyampaikan ketakutannya karena merasa ada orang yang terus membuntutinya.