"Penggalian baru selesai sekitar 30 persen. Masih banyak objek yang belum tergali," katanya.
Di antara ratusan artefak tersebut, ada beberapa temuan paling menarik bagi peneliti. Tim menemukan pecahan cawan keramik dari zaman Dinasti Ming, sekitar abad ke-13 Masehi atau zaman pertengahan Majapahit.
Temuan cawan tersebut mengindikasikan, kala itu, sudah terjadi interaksi penduduk setempat dengan peradaban Dinasti Ming. Tim juga dikejutkan dengan temuan nampan perunggu pada kedalaman sekitar 2,5 meter di bawah permukaan tanah.
Selain batu jenis andesit dan padas, mereka menemukan sejumlah batu olahan yang jarang ditemukan di situs lain.
"Batu olahan ini menakjubkan karena mengindikasikan peradaban saat itu telah mengenal teknologi pengolahan batu, namun bukan bata," katanya.
Tercengang
Peneliti sekaligus Filolog Agustin Ariyani mengaku tercengang saat melakukan proses penggalian situs di tegalan warga. Pasalnya, bermacam artefak dan batuan utuh saat ditemukan tersusun rapi.
Bebatuan menyerupai gamelan semisal, ditemukan menumpang pada pondasi bata berbentuk garis lurus.
"Di kedalaman 30 sentimeter pertama ditemukan artefak, lapisan selanjutnya ditemukan batuan utuh. Benda-benda itu seperti sengaja ditumpuk dan ditata. Juga ada beberapa lapisan tanah yang tidak biasa," kata Agustin.
Di kedalaman sekitar 50 sentimeter di bawah permukaan tanah, tim menemukan lapisan tanah bertekstur lembut, atau biasa disebut lemah aji. Tanah halus itu diduga dipakai untuk melapisi benda-benda yang sengaja ditimbun.
Juga terdapat lapisan berupa bata merah yang dihancurkan pada kedalaman lebih dari 1 meter.
"Dari fakta yang ditemukan, melahirkan pertanyaan, mungkinkah benda-benda itu sengaja dikubur. Jika ini benar, bisa mematahkan pengetahuan selama ini yang menyebut, situs terkubur karena bencana alam," kata dia.