Laporan Wartawan Tribun Jabar, M Syarif Abdussalam
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Generasi muda diminta diam dan tak berbicara di media sosial jika hanya berisi caci maki, mengumbar kebencian dan tak produktif.
"Mari kita akhiri bahasa-bahasa tidak berguna, tulisan-tulisan yang membuat kegaduhan. Berkatalah benar dan baik, kalau tidak bisa berkata baik, lebih baik diam," pesan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan usai menyampaikan kuliah Subuh di Masjid Syuhada, Yogyakarta, Senin (5/6/2017).
"Kalau tidak bisa diam di media sosial, diam saja jangan buka media sosial. Sehingga kita bisa fokus membangun bangsa dan negara," ia menambahkan.
Bersikap diam daripada berkata atau berbuat buruk, katanya, diperintahkan
Nabi Muhammad SAW memerintahkan kita lebih baik bersikap diam daripada berkata atau berbuat buruk. Mencegah berbuat buruk lebih mudah daripada berbuat baik yang membutuhkan energi lebih daripada diam.
"Di media sosial, pemuda harus tampil dewasa, bukan mengeruhkan suasana. Harusnya suasana panas di medsos itu bisa didinginkan, dengan cara mengemukakan yang baik. Saat ada bully dan dampak buruk, bukan share keburukannya, seharusnya bisa meluruskan," kata dia.
Aher menuturkan media sosial seharusnya menjadi sarana peraih keberkahan, menciptakan suasana keakraban dan kekokohan bangsa. Bukannya menjadi penyebab kemunduran bangsa dan perpecahan.
Setiap ungkapan dalam media sosial dapat menjadi sumber permasalahan jika menyangkut hal-hal sensitif.
Contohnya saat pengguna media sosial berlomba-lomba menampilkan ungkapan "Saya Pancasila, Saya Indonesia" dapat dimaknai bahwa orang lain yang belum menyatakan hal tersebut tidak menjunjung Pancasila dan NKRI.
"Tidak usah ribut, kalau dia merasa paling Pancasila, yang lain apa. Cukup saja bilang lagi dengan gampang, kita Pancasila, kita Indonesia. Karena kita dari dulu memang hidup berdasarkan Pancasila. Bukan saya saja, tapi kita semua," kata Aher.