“Bagian mana yang berseberangan?”
“Saya tak setuju kalau ibu sering meminjam uang dari rentenir. Itu riba, dosa besar. Agama melarang keras, bahkan Allah memeranginya,”
“Apa yang kamu lakukan untuk menyelamatkan orang tuamu dari jeratan riba?”
Ia kembali tertunduk dan tak berhasil menemukan jawaban dengan segera. Lama sekali ia bungkam.
“Setidaknya saya tidak melakukan riba,” lanjutnya kemudian. “sudah pula saya beritahu perkara itu, tapi orang tua membantah,”
“Dengan alasan ekonomi, bukan?”
Ia mengangguk.
Azan Magrib berkumandang. Pak RT dan Farkhan memandangku. Sudah saatnya salat. Pasti waktu akan berjalan sangat cepat menjelang isya. Aku bergegas pamit untuk ke masjid dan menitipkan si pemuda pada Farkhan dan Pak RT.
Dalam perjalanan ke masjid, dengan langkah perlahan kubuka foto dari Farkhan. Kulihat kembali si Ujang Basmut, kuamati ia dengan seksama.
Lalu kugeser lagi pada gambar selanjutnya; secarik kertas basah yang ditempel di dinding kamar si Ujang Basmut yang berbunyi:
Bismillahirrahmanirrahim (dalam tulisan Arab)
Demi Allah dan Rasulullah
Dan bangkitnya agama Allah, dan umat Rasulullah:
Bertekad untuk ikut serta dalam tegaknya dinn (agama) Allah yang kaffah sesuai sunnah Rasulullah, menumpas kedzaliman dan kesyirikan.