Ada juga yang menginformasikan, para algojo yang dijuluki Mertolulut dan Singonegoro itu dulu ditempatkan di wilayah khusus bersama keluarganya di luar tembok keraton.
Sekarang jejak Mertolulut memang diyakini masih terangkai dengan keberadaan Kampung Mertolulutan di Kecamatan Ngampilan. Warga sekitar umumnya menyebut Kampung Merto saja.
Kampung Mertolulutan ini terletak dekat sentra Bakpia Pathuk.
Di utara berbatasan dengan Kampung Notoyudan dan Sanggrahan. Di barat ada di sepanjang Jalan Letjen Suprapto mulai pertigaan Pathuk ke utara.
Warga kampung padat ini sudah tidak banyak tahu kisah sejarah Mertolulutan. Namun cerita turun temurun hanya menyebut kampung ini dihuni anak keturunan abdi dalem Mertolulut.
Sedangkan anak keturunan Singonegoro dan lokasi tempat tinggalnya belum diketahui pasti hingga kini. Tugas kedua abdi dalem ini diakhiri pada tahun 1926 di era Sri Sultan HB VIII.
Kuatnya pengaruh kolonial Belanda membuat sistem hukum berdasar Syariat Islam perlahan memudar.
Tugas sang algojo pun selesai, dan sejak itu kisah seram Mertolulut dan Singonegoro berangsur hilang dari sejarah baru Mataram.
Kisah Mertolulut dan sepotong foto lawas yang dimunculkan warganet ini belum berakhir.
Misterinya masih menyisakan banyak tanya, terutama foto-foto pelaksanaan hukuman kejam pada masa lampau di Mataram yang belum pernah diekpose. (Tribunjogja.com/setya krisna sumargo)