“Istri saya menangis mengetahui slip gaji saya hilang,” kenangnya.
Sugeng juga merasakan perih yang mendalam akibat peristiwa itu. Bahkan dia mengaku sempat stress pasalnya ia merasa kalau gaji itu adalah haknya.
“Saya bahkan sempat protes kepada Tuhan dan meminta agar dikembalikan. Doa itu terus saya panjatkan ketika salah tahajud,” tuturnya.
Uang itu rencananya akan digunakan untuk merenovasi rumah dan membayar tukang.
Namun karena Sugeng tidak membawa uang saat pulang, ia pun harus berterus terang kepada tukangnya kalau dirinya belum bisa membayar karena baru saja dilanda musibah.
Di bagian lain, Badrun menemukan slip gaji yang dicari-cari Sugeng. Badrun sempat menanyakan kepada orang sekitar terkait orang yang bernama Sugeng.
Namun ia tidak menemukan orang yang mengenal Sugeng.
Karena waktu yang mepet, Badrun terpaksa meninggalkan Kota Malang menuju Kota Bima, Nusa Tenggara Barat. Slip gaji itu ia bawa ke Bima.
Sementara itu, butuh waktu tiga bulan bagi Sugeng untuk kemudian instropeksi diri dan mengikhlaskan apa yang telah hilang dari dirinya.
Ia membangun pemikirian yang positif dengan mengatakan kalau uang itu mungkin saja bukanlah haknya dan sangat diperlukan oleh orang lain.
Baca: Hidup di Penjara Tak Murah, Sebulan Mesti Rogoh Rp 1 Juta
Lambat laun, Sugeng betul-betul sudah melupakan apa yang ia alami itu.
Seiring berjalannya waktu, pada 2013 ia lolos seleksi perwira dan lulus dengan baik.
Baginya itu sebuah kecukupan yang diberikan oleh Tuhan.