Keuyeup dalam Bahasa Sunda berarti kepiting, keuyeup bodas berarti kepiting putih.
Warga sekitar Waduk Jatigede sejak dulu, jauh sebelum Jatigede digenangi air, sudah mendengar legenda Keuyeup Bodas tersebut.
"Katanya, di Waduk Jatigede ini ada keuyeup bodas raksasa yang akan menjebol bendungan suatu hari nanti," ujar Ado Kasdi.
Pada kenyataannya, Keuyeup Bodas tersebut sebetulnya bukan hanya merujuk pada hewan legenda melainkan sebuah sesar.
Jatigede dilalui oleh sesar aktif Beribis yang berbentuk seperti kepiting berwarna putih bila dilihat di peta.
Sesar aktif ini sangat rawan dan bila bergerak dapat membuat bendungan rusak dan jebol.
TERPOPULER KEMARIN: Kisah Pilu Korban Waduk Jatigede dan Isu Gebby Vesta Transgender https://t.co/8R3vgCQJY5 via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) August 28, 2017
3. Legenda Ikan Mas Raksasa
"Banyak yang bercerita itu, katanya ketika sedang memancing didatangi ikan sebesar pintu," ujar Ado Kasdi.
Ikan tersebut digambarkan sangat besar hingga sebesar pintu dan berwarna merah menyala.
Para pemancing yang didatangi ikan tersebut biasanya akan mengurungkan niatnya untuk memancing karena ketakutan.(*)
Kisah Pilu di Balik Surutnya Waduk Jatigede: Makam Bermunculan Hingga Kegagalan Warga Jadi Nelayan
Akibat air di waduk Jatigede surut, kedalaman waduk menjadi berkurang delapan hingga sepuluh meter.
Hal tersebut berdampak puing-puing bangunan dari dasar waduk Jatigede yang kembali muncul ke permukaan.
Namun masalahnya, puing-puing bangunan tersebut sangat berbahaya bagi lalu-lalang perahu di waduk tersebut.
Hal tersebut diungkapkan Ado Kasdi (50), warga Desa Jatibungur, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang, ketika ditemui Tribun Jabar di tepian Waduk Jatigede, Minggu (27/8/2017).
"Berbahaya sekali, kalau kena perahu, perahu bisa karam," ujar Ado Kasdi.
Heboh, Video TKW Indonesia Rekam Percobaan Perkosaan oleh Majikannya https://t.co/YU2pVTUNo2 via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) August 27, 2017
Perahu harus ekstra hati-hati ketika berlayar karena puing-puing bangunan yang kembali muncul ke permukaan bisa saja menggores badan perahu dan menyebabkan kebocoran.
Bukan hanya bocor, resiko lainnya adalah bisa saja perahu tersangkut di puing-puing bangunan sehingga tidak dapat melaju lagi.
"Kalau yang tidak hapal wilayah mah, takut, soalnya banyak sekali puingnya, kami saja ini mengikuti jalan kampung, diingat-ingat," ujat Ado Kasri.
Kiranya, yang paling sulit bagi orang tua adalah beradaptasi dengan keadaan yang baru.