Laporan Wartawan Surya Sulvi Sofiana
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA – Perasaan khawatir dirasakan Yus Satyo Kurniawan (39) saat berada di ruang tunggu operasi National Hospital.
Di depannya terdapat layar televisi yang menayangkan tampilan kamera mikroskop dari operasi yang dijalani istrinya, Yanis Candra Santi (39).
Perasaan khawatirnya ini karena istrinya akan menjalani operasi pada batang otaknya. Padahal batang otak memiliki pengaruh besar pada organ vital pasien.
Keputusan ini ia ambil lantaran istrinya telah 5 tahun mengeluhkan sakit nyeri pada telinga sebelah kanan.
Baca: Keluarga Sadis Ini Berulangkali Iris Telingga Bocah 8 Tahun
Nyeri yang masih terbilang jarang dirasakan itu sering diabaikan.
Hingga 4 bulan terakhir rasa sakit yang dialami istrinya semakin hebat.
“Nyeri semakin sering dan semakin lama, tiap hari minum obat pereda nyeri. Kalau sakitnya parah sekali sampai saya bawa ke UGD. Hampir seminggu sekali ke UGD minta disuntik pereda nyeri,” ungkap pria asal Candi, Sidoarjo ini.
Dikatakannya, obat pereda nyeri yang dikonsumsi istrinya sering membuat penyakit maag istrinya kampuh.
UGD menjadi alternatif untuk menanganan istrinya yang sudah mengeluh sakit pada telinga, kepala, hingga lambungnya.
“Diagnosa dokter nggak ada yang pasti. Pernah ke spesialis THT (Telinga, Hidung, Tenggorokan), katanya kondisi telinganya tidak masalah dan dikira karena stres psikomatis,” ujarnya pria yang baru memiliki seorang anak ini.
Menurutnya, penyakit istrinya memang sering kambuh dengan nyeri yang hebat saat emosinya naik.
Ia pun merasa ada yang lebih serius dari sekedar stres.
Ia pun mencari alternatif dokter lain melalui internet hingga menemukan informasi terkait Comprehensive Brain and Spine Center (CBSC) Surabaya setelah mencari selama 4 bulan.
“Ya saat selesai pemeriksaan dan diagnosa Trigeminal Neuralgia, sempat khawatir karena pengobatannya dengan pembedahan. Tapi kalau ingat rasa sakitnya akhirnya kami berani menjalaninya,” ungkapnya
Dari hasil pemeriksaan MRI, Spesialis Bedah CBSC, dr M Sofyanto mengungkapkan pasien menderita Trigeminal Neuralgia, yaitu perlengketan pembuluh darah dengan salah satu saraf di batang otak.
Gejala Trigeminal Neuralgia adalah nyeri yang luar biasa dan tidak tertahankan di satu sisi wajah, nyeri di bagian gigi, gusi, pipi, dan terkadang sampai mata dan dahi satu sisi.
“Rasa nyeri yang timbul bersifat mendadak dan singkat seperti disetrum, ditusuk, disilet, dan terasa panas. Bahkan penderita juga dapat merasakan nyeri apabila disentuh atau melakukan aktivitas harian seperti makan, minum, sikat gigi, membersihkan wajah, bahkan nyeri saat dicium,” jelasnya.
Trigeminal Neuralgia selama ini juga dikenal sebagai salah satu 'silent killer' yang menjadi penyebab depresi akibat nyeri dan apabila melampaui batas ambang kemampuan penderita bisa sampai nyaris bunuh diri.
Meski terlihat seperti nyeri biasa, lanjutnya, tetapi banyak masyarakat yang tidak memahami tentang sakitnya, karena minimnya informasi yang benar dan dipercaya, juga tidak tahu harus kemana berobat, bahkan sampai ke luar negeri pun mereka tidak menemukan penyembuhan.
“Ada 2 pasien yang saya tangani hampir bunuh diri karena tidak sanggup menahan rasa sakitnya,” ujarnya.