Hal ini ditandai dengan banyaknya gempa vulkanik yang terjadi dalam sehari.
“Sehari terjadi rata-rata 500 kali gempa vulkanik. Kekuatan gempa yang dirasakan rata-rata mencapai 3,5 skala richter,” kata Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Sutopo Purwo Nugroho, di Kantor BNPB, Jakarta, Senin (25/9/2017).
Gempa vulkanik adalah jenis gempa yang diakibatkan aktivitas magma di perut bumi.
Gempa terjadi karena adanya sumbatan dari batuan vulkanik yang berada di kawah.
Gempa vulkanik di Gunung Agung, menurut Sutopo, terjadi di kedalaman 2-3 meter.
Artinya, tergolong dalam gempa vulkanik dangkal.
“Kalau kita lihat pergerakan gempa, berasal sekitar dari Gunung Agung ke arah tenggara, peluang terjadinya letusan sangat besar,” ujarnya.
Berdasarkan pantauan di Pos Pengamatan Gunung Agung, Senin kemarin, gempa terus mengguncang wilayah Gunung Agung dan sekitarnya.
Terhitung sampai pukul 12.00 Wita, terjadi 593 kali gempa dengan rincian 368 kali gempa vulkanik dalam, 189 kali kali vulkanik dangkal, dan 36 kali tektonik lokal.
Dari periode tersebut, sebanyak lima kali gempa yang terasa getarannya dengan skala III MMI, diukur dari puncak Gunung Agung sampai pos pengamatan.
Dengan kondisi itu, menurut Sutopo, potensi erupsi Gunung Agungmenjadi besar.
Namun BNPB belum bisa memastikan kapan gunung dengan ketinggian 3.142 meter di atas permukaan laut itu akan meletus.
Sutopo mengingatkan bahwa pada fase-fase kritis, biasanya gunung aktif memiliki banyak potensi untuk meletus.
"Meskipun status awas belum tentu akan meletus, karena tergantung tekanan. Tapi potensi meletusnya tinggi," kata dia.