News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Erupsi Gunung Agung

Sebaran Abu Vulkanik Gunung Agung Bisa Sampai Badung

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gunung Agung terlihat di atas Bukit Pantai Amed,karangasem, Sabtu (30/9/2017). Sampai saat ini status Gunung Agung masih awas, 5 kecamatan masuk Kawasan Rawan Bencana (KRB) yakni Kecamatan Kubu, Abang, Karangasem, Bebandem, Selat, dan Rendang. (TRIBUN_BALI/RIZAL_FANANY)

TRIBUNNEWS.COM, MANGUPURA - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melakukan rapat terbatas dengan pihak Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Senin (2/10/2017) siang.

Dalam pertemuan yang dilaksanakan di Gedung BMKG Wilayah III Bali, Kuta, Badung, Bali itu dibahas beberapa hal seputar kondisi Gunung Agung terkini.

Lebih spesifik lagi, support informasi terkait cuaca oleh BMKG kepada petugas PVMBG yang memantau aktivitas vulkanik Gunung Agung.

Kepala Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah Bali, Sujabar, mengatakan BMKG memberikan data terkait cuaca seperti curah hujan, kelembapan, atau kecepatan angin untuk selanjutnya diolah sesuai keperluan BVMBG.

Dijelaskan, saat ini sudah memasuki musim peralihan dari kemarau menuju musim hujan.

Baca: Setya Novanto Mengidap Penyakit Tumor Tenggorokan

"Data terkait cuaca kami buat per hari untuk dapat digunakan oleh kawan-kawan PVMBG," ujar Sujabar kepada Tribun Bali, ditemui di sela-sela rapat terbatas tersebut.

Ia menjelaskan, bila Gunung Agung mengalami erupsi ketika hujan turun, kemungkinan dampaknya ada dua.

Pertama, partikel debu vulkanik yang ditimbulkan bisa berkurang karena diendapkan oleh air hujan.

Kedua, bila curah hujan tinggi, yang mengkhawatirkan adalah laju lahar dingin akan semakin cepat.

Namun demikian, seberapa jauh sebaran debu vulkanik bila Gunung Agung mengalami erupsi tidak bisa dipastikan.

BMKG, kata dia, hanya bisa memberikan informasi arah angin per lapisan-lapisan.

"Efek debu vulkanik tergantung partikel debu, kalau masanya agak berat, maka jatuhnya dekat. Sedangkan kalau ringan, akan semakin jauh terbawa oleh hembusan angin. BMKG tidak bisa menentukan," imbuh Sujabar.

Sejauh ini, tidak ada dampak aktivitas vulkanik Gunung Agung yang terus meningkat terhadap cuaca.

Seorang pria Bali memperhatikan Gunung Agung yang diselimuti awan dari sebuah pura di Karangasem, Bali, Indonesia, 26 September 2017. (AP Photo/Firdia Lisnawati)

Cuaca peralihan dari kemarau menuju musim hujan merupakan faktor periodik yang biasa.

Dikatakan, daerah-daerah di Bali bagian tengah musim turun hujannya lebih cepat daripada wilayah Bali bagian utara.

Baca: Gamawan Fauzi Disebut Terima Honor Rp 10 Juta, Agun Gunandjar Rp 5 Juta

Bahkan beberapa wilayah di Bali sudah ada yang mulai turun hujan.

"Bulan Oktober hingga November, angin berhembus dari Timur-Tenggara ke arah Barat Daya," imbuhnya.

Dengan demikian, bila Gunung Agung mengalami erupsi sekitar bulan Oktober hingga November, dengan arah angin dari Timur-Tenggara bisa saja sebaran abu vulkaniknya hingga ke wilayah Badung.

Hal ini, kata Sujabar, akan berdampak pada aktivitas penerbangan di Bandara Ngurah Rai.

Aktivitas Masih Tinggi
Sementara itu, Agus Solihin selaku anggota tim tanggap darurat letusan gunung api yang juga Kasubid Mitigasi Gerakan Tanah PVMBG Wilayah Timur mengatakan aktivitas vulkanik Gunung Agung secara kegempaan masih tergolong tinggi.

Pemantauan oleh PVMBG dilakukan dengan dua metode yaitu secara visual dan instrumentasi (dengan peralatan).

"Secara visual, sering teramati ada hembusan asap, dengan ketinggian antara 50 hingga 200 meter. Sedangkan secara instrumentasi menggunakan dua jenis peralatan yaitu seismograf untuk mengetahui kegempaan dan tiltmeter untuk mengetahui deformasi (deteksi pengembangan atau pengempisan gunung)," ujar Solihin.

Ditanya mengenai video viral seorang pemangku yang naik ke puncak Gunung Agung saat masih berstatus Awas, bila dikomparasikan dengan pengamatan ilmiah memang sudah terdeteksi dari pengamatan PVMBG.

Menurut penjelasan Solihin, dulu sebelum Gunung Agung mengalami krisis seperti sekarang jarang muncul asap di permukaan.

"Sekarang sudah muncul ke permukaan, berarti ada indikasi naik. Dari data satelit juga menunjukkan dari kawah itu sudah muncul sumber panas (hotspot) dari bulan Juli," imbuhnya.

Dijelaskan, karakteristik setiap gunung api berbeda-beda.

Ada yang dengan gempa sedikit saja langsung meletus.

Ada pula gunung api seperti misalnya Gunung Agung yang sudah ratusan kali menimbulkan gempa masih belum meletus.

Gunung Agung, kata dia, mungkin memiliki sumbat atau penutup yang sangat kuat.

Hal itu menyebabkan dengan jumlah gempa yang banyak pun belum bisa membuatnya terbongkar.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini