Inilah yang kemudian memprovokasi warga, termasuk Agus Maulana, untuk mengeroyok anggota polisi berpakaian preman yang sedianya akan melakukan penangkapan itu.
Dalam kehiruk-pikukan itu, kata Kapolrestabes, Bripka Pepe Ahmad Mustofa, tengah memegang pistol dengan tangan kanannya berhasil memegangi Agus dengan tangan kirinya.
"Pada saat itu korban (Agus) meronta-ronta dan ada yang menarik-narik korban karena masih ada keributan. Akhirnya, tanpa sengaja senjata meletus dan mengenai tengkuk korban," ujarnya.
"Kejadian ini tidak terduga. Proses akan tetap berjalan," kata dia.
Dalam insiden Minggu dini hari itu, kata Kapolrestabes, empat polisi terluka dan sempat dibawa ke rumah sakit.
Semalam, kondisi mereka sudah membaik, tapi AKP Ade, yang juga terluka, masih dirawat di RS Hermina Bandung.
Ikhlas
Hingga kemarin siang, sejumlah pelayat masih terlihat berdatangan ke kediaman keluarga korban di Babakan Ciseureuh.
Baca: Gamawan Fauzi Disebut Terima Honor Rp 10 Juta, Agun Gunandjar Rp 5 Juta
Suasana duka masih kental terasa. Sejumlah petugas polisi berpakaian preman sesekali terlihat di antara kerumunan tetangga dan pelayat.
Suhendarto (33), kakak korban, hanya mengatakan bahwa penanganan hukum menyangkut kematian Agus sudah mereka serahkan sepenuhnya kepada pihak kepolisian.
Keluarga, ujarnya, tak ingin peristiwa malang yang menimpa adiknya itu menjadi sesuatu yang berkepanjangan.
"Ini sudah takdir. Kami sudah ikhlaskan kepergian almarhum. Proses hukumnya kami serahkan kepada kepolisian. Ini hanya kesalahpahaman dan mungkin kelalaian dari pihak polisi," katanya di rumah duka.
Suhendarto mengatakan, adiknya tertembak karena membela temannya yang ditangkap polisi di Jalan Mohamad Toha.
Agus tidak tahu bahwa temannya yang ditangkap polisi itu adalah buron polisi. (Tim Tribun Jabar)