Tak lupa jam kayu klasik yang menempel pada dinding bilik berwarna cokelat mengkilap (asli tanpa dicat).
Sementara di sisi kiri terdapat satu set meja makan berbahan kayu dan rotan membentuk lingkaran mengikuti bentuk meja yang bulat, lengkap dengan dua lemari klasik di setiap sisinya.
Selain itu terpasang kolase foto keluarga sang pemilik rumah pada tempo dulu bernuansa hitam
putih. Ditambah koleksi foto-foto artis pendukung film "Si Kabayan" saat tengah syuting di rumah tersebut.
Sebelum memasuki ruang dapur terdapat lorong kecil yang di setiap sisinya terdapat ruang kamar tidur, yang lagi-lagi di dalamnya kamar tersebut, terdapat satu set ranjang dan lemari asli peninggalan bangsa kolonial Belanda.
Di ruang dapur sendiri tidak ada yang istimewa, selain sempat direnovasi sedikit pada 2002 lalu pascagempa, sebagian besar perabotan dapur pun sudah diganti.
Di bagian belakang rumah terdapat bangunan Istal atau kandang kuda yang tampak sudah tua dan lapuk.
Sementara di bagian samping kiri rumah juga terdapat bangunan kecil yang merupakan lumbung padi atau Leuit yang juga tampak tua namun masih berdiri kokoh.
Serta terdapat sumur tua di bagian belakang Leuit tersebut.
Rumah tersebut memiliki halaman yang sangat luas sehingga ditanami berbagai tanaman buah dan sayuran.
Pada jaman dulu halaman luas tersebut sangat multifungsi, selain kerap dijadikan arena bermain oleh anak-anak dan kuda, tanah lapang tersebut juga kerap dijadikan tempat menjemur padi.
Sekarang rumah tersebut ditempati oleh Ida Widaningrum (66) yang merupakan ahli waris dari generasi kedua pasangan Adang Yoesoef dan Nyimas Atjah.
Ida menuturkan kini rumah tersebut kerap dijadikan tempat berkumpulnya keluarga besar di hari-hari besar seperti lebaran Idul fitri dan Idul adha.
Sampai sekarang masih banyak pengusaha yang menawar rumah tersebut untuk dijadikan toko, tempat rekreasi, dan lain-lain.