News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Erupsi Gunung Agung

Status Gunung Agung Hari Ini Dievaluasi

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Asap ke luar dari kawah Gunung Agung

TRIBUNNEWS.COM, AMLAPURA – Jumlah gempa Gunung Agung tercatat rata-rata sekitar 300 kali setiap hari sejak tanggal 19 Oktober lalu hingga Rabu (25/10/2017) kemarin.

Perubahan jumlah gempa, menurut Kepala Sub Bidang Mitigasi Pemantauan Gunung Api PVMBG, Devy Kamil Syahbana, bukan merupakan pola penurunan sehingga otomatis status bahaya gunung juga ikut diturunkan.

Penurunan jumlah gempa itu adalah penurunan baseline.

Artinya, biasanya jumlah gempa sekitar 600 hingga 1.000an per hari, kini baselinenya sekitar 100-300an per hari.

Gempa tidak menurun secara gradual.

Dijelaskan Devy, saat jumlah gempa berubah, itu menandakan ada perubahan spasial dalam lokasi kegempaan.

Baca: PKB Sebut Cak Imin Layak Dampingi Jokowi

Pola kegempaan sebelumnya tersebar dari sekitar kawah ke barat hingga barat laut.

Tanggal 20 Oktober saat jumlah kegempaan berkurang drastis, hypocenter kegempaan berubah dari sekitar kawah menuju ke arah timur laut.

Artinya, ada perubahan dan perpindahan sumber di tubuh Gunung Agung.

"Perubahan ini harus dimonitor terus. Ini pertanda ada akuiver (lapisan bawah tanah yang mengandung air dan dapat mengalirkan air) dalam lapisan strato dalam tubuh Gunung Agung. Artinya, ada perubahan dan perpindahan sumber," jelas Devy Kamil, Rabu (25/10/2017) pukul 12.30 wita.

Perubahan lokasi gempa, kata Devy, mungkin disebabkan oleh magma mulai mengisi reservoir yang dangkal.

Untuk mengisi reservoir itu perlu waktu.

Ini yang menyebabkan kegempaan yang tercatat sekarang jumlahnya relatif sedikit.

Seandainya pola seperti ini tetap, kata Devy, kemungkinan fluktuatif akan lebih rendah.

Bercermin dari pengalaman gunung api-gunung api di dunia, dalam kondisi sekarang masih bisa bertemu dua skenario terkait Gunung Agung.

Baca: Tiga Remaja di Jepang Curi Mobil, yang Meminta Maaf Malah Polisi

Pertama adalah skenario letusan.

Dia hanya membutuhkan waktu untuk mengisi reservoar baru, lalu kemungkinan besar gunung meletus.

Atau ke dua memang kehabisan mobilitas atau gasnya.

"Atau ke tiga, kita lihat asapnya terus keluar, itu adalah manifestasi dari proses penurunan tekanan dalam tubuh gunung," kata dia.

Seandainya skenario ke-2 terjadi, kemungkinan gunung istirahat.

"Ada sampel atau contoh di dunia yang menunjukkan adanya kedua contoh tadi. Nah, kini masuk ke skenario mana Gunung Agung, kita belum tahu," aku Devy.

Terkait keputusan apakah status Gunung Agung akan diturunkan atau tidak, Devy belum berani memastikannya.

Petugas PVMBG akan menggelar rapat evaluasi di Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) pada Kamis (26/10/2017) hari ini.

Rapat akan membahas kondisi terkini Gunung Agung, serta keputusan tentang statusnya apakah masih tetap Awas ataukah berubah.

Banyak parameter yang harus dipakai untuk mengambil keputusan.

Gunung Agung terlihat tertutup awan tebal dari Pura Lempuyang, Karangasem, Selasa (26/9/2017). Hingga kini status Gunung Agung masih Awas atau Level lV. TRIBUN BALI/RIZAL FANANY (Tribun Bali/Rizal Fanany)

Baik data dari seismik, deformasi, geokimia, serta data yang dilihat secara kasat mata.

Data tersebut akan dianalisis dan dievaluasi secara komprehensif untuk menghasilkan keputuskan yang tepat.

"Untuk status bahaya gunung, masih tunggu hasil evaluasi tanggal 26 Oktober. Nanti dilihat hasil dari evaluasi apa, dan baru diputuskan statusnya apakah tetap atau turun," jelas Devy.

Seandainya status mengalami penurunan, itu bukan berarti aktivitas Gunung Agung seratus persen pulih.

"Sebab, aktivitas kegempaan masih di kisaran angka ratusan. Masyarakat harus tetap siap siaga, dan tidak lengah," kata Devy berpesan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini