Laporan Wartawan Tribun Jabar, Yudha Maulana
TRIBUNNEWS.COM, BALEENDAH - Kepala Sekolah SDN Bojongmalaka 2, H Eni Rohaeni, mengatakan pihak sekolah telah melakukan antisipasi maksimal untuk mencegah kekerasan fisik yang dilakukan oleh para siswanya.
Sebelumnya, DHI (7), murid kelas 1 SDN Bojongmalaka 2, mengalami kekerasan fisik yang diduga dilakukan oleh rekan sekelasnya.
Anak pasangan Kurnia Rukmana dan Tati Setiawati itu harus dirawat secara intensif selama dua hari di rumah sakit dan menjalani rawat jalan karena mengalami sakit di bagian perutnya.
Baca: Lama Menghilang, Mantan Bomber Persib Ini Beri Saran untuk Persib Musim Depan
"Dua guru umum dari pagi sampai jam setengah sembilan, dilanjutkan dengan pelajaran agama. Ada tiga guru yang mengawasi," kata Eni di ruang kerjanya, Senin (30/10/2017).
Ingat! Mulai Besok Sudah Tak Ada Transaksi Tunai di Seluruh Gerbang Tol https://t.co/dmeRFiVseJ via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) October 30, 2017
Setelah mendengar kejadian itu, Eni pun memanggil ketiga guru yang bertugas saat itu. Dari pengakuan para guru tersebut, tak ada satu pun murid yang menangis atau melapor.
"Saya dan guru lainnya pun menjenguk ke rumah sakit, kami tanya siapa yang memukul, dia hanya menjawab anak yang berkulit hitam," katanya.
Ia menyayangkan, sikap keluarga DHI yang mengunggah foto dari DHI ke media sosial.
"Seharusnya kalau ada ketidakpuasan dengan seolah, langsung saja berbicara dengan kami," katanya.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung, Juhana, angkat bicara mengenai insiden ini.
Menurutnya, masalah seperti ini harus diselesaikan secara kekeluargaan oleh kedua orangtua murid yang bertikai.
Krisdayanti Tak Datang ke Pesta Ulang Tahun Arsya, Aurel: Gak Pernah Dateng Deh Mimi Kalau Diundang https://t.co/dHGeT53hmh via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) October 30, 2017
"Kami menyayangkan hal seperti itu terus terjadi. Kekerasan, perkelahian di sekolah itu masih terjadi, itu seharusnya tidak terjadi, di sekolah tidak diajarkan itu," kata Juhana seusai apel di Lapangan Upakarti, Soreang, Senin (30/10/2017).
Ia mengatakan, anak yang melakukan pemukulan terhadap DHI, diduga meniru dari orang-orang dewasa yang berada di sekitarnya.
"Makanya orang dewasa, orangtua, guru harus menjadi teladan. Saya tidak bisa menyalahkan anak, ini harus menjadi pembelajaran," katanya.(*)