Baju putih yang dipakainya pun berlumuran darah.
"Jadi waktu itu kita akan menyerang Sekutu yang menduduki kawasan kantor polisi, Kapten Muslihat secara berani melakukan penyerangan, Ia pun berhasil menembak beberapa tentara, namun saat akan menyerang dari atas rupaya sudah ada yang mengintai, tadinya sama Komandan diminta lewat belakang tapi Kapten Muslihat tetap lewat depan, Senapan mesin musuh dari atas ditembakin," ujarnya.
Akibat tembakan itu Kapten Muslihat meninggal, para pejuang pun kemudian mundur untuk menyusun strategi baru.
Para pejuang bersembunyi di rumah seorang relawan yang berada di kawasan Pabuaran.
"Kita lari melintasi irigasi dan jalan-jalan sempit, terus kita bersembunyi untuk menyusun strategi,"katanya.
Ma'mun menceritakan, pertempuran bahwa di wilayah Bogor terjadi bukan hanya di Jalan Kapten Muslihat, tapi juga di sekitar Kota Paris (Pasar Mawar) yang terjadi malam hari.
Selain itu terjadi juga pertempuran di daerah Cemplang pada tahun 1945 antara pejuang RI melawan pasukan tentara Gurkha (tentara bayaran sekutu) yang berjumlah 12 orang.
"Pertempuran juga terjadi di daerah Maseng, Caringin Bogor pada 1945. Disana pejuang sampai membangun sebuah monumen untuk mengenang perjuangan para pahlawan," kata pria kelahiran 16 September 1931.