"Ayah Saya yang masih berjualan di depan toko cukup risih karena namanya cendolnya dipakai orang lain," ungkap Nur.
Untuk menyikapi hal tersebut, akhirnya H Rohman memutuskan untuk pindah ke lokasi Inhoftank dekat rumahnya.
Kata Nur, meski telah pindah Ayahnya tetap menggunakan merek yang sama, karena menurut Ayahnya nama tersebut telah melekat dan menjadi ikon tersendiri.
Seiring waktu berjalan, ternyata penjualannya semakin laris di sana, bahkan dalam sehari H Rohman mampu menghabiskan 300 gelas es cendol di gerobaknya.
Bahkan keuntungan yang didapatkan oleh H Rohman semakin mengalir deras dari tempat sebelumnya.
Berhubung banyaknya keuntungan yang didapatkan dan permintaan dari konsumen yang terus meningkat, maka pada akhir 2003 H Rohman memutuskan membuat toko es cendol yang nyaman dan besar.
Toko ini dibangun khusus untuk menjual dan melayani pembelian Es Cendol Elizabeth di Jalan Inhoftank.
Produk yang disuguhkan pun kemudian bertambah seiring banyaknya permintaan dari para pelanggan, diantaranya Es Goyobod, batagor, baso tahu dan mie baso.
Siapa sangka, toko Es Cendol Elizabet ini justru membuka rezeki yang lebih besar bagi H Rohman dan keluarganya.
Pelanggan yang datang pun siliih berganti setiap harinya, bahkan ada juga yang datang jauh-jauh dari luar kota.
Sehingga Es Cendol Elizabet semakin tersohor hingga ke luar daerah Jawa Barat.
Nur mengaku, dengan berdirinya toko Es Cendol Elizabet, tentunya mampu meningkatkan omset pendapatan keluarganya.
"Sementara untuk omzet yang didapat toko Es Cendol Elizabeth per harinya bisa mencapai Rp 10 juta perhari,"ungkap Nur.
"Meski awalnya hanya bermodal kecil kecilan, dengan usaha yang bersungguh-sungguh, Ayah dan Kami bisa merasakan keberhasilannya saat ini," pungkas Nur. (Fasko Dehotman)
Artikel Ini telah tayang di Tribun Jabar dengan judul: Berawal dari Gerobak Keliling, Kini H Rohman Sukses Menjadi Pengusaha Es Cendol Elizabet Bandung