Irianto mengatakan pesawat tersebut cocok dioperasikan di daerah-daerah perintis seperti karakteritik pedalaman dan wilayah perbatasan negara di Kaltara.
Rencananya pesawat itu akan difungsikan sebagai ambulans udara.
"Jadi itu untuk ambulans udara. Kita gunakan untuk membantu orang sakit di pedalaman dan perbatasan. Sekaligus pada saat tertentu bisa digunakan mengangkut orang dan barang kalau situasi darurat," tuturnya.
Irianto mengatakan, biaya operasional terbang N-219 tergolong murah, hanya Rp 7 juta per jam di luar biaya pilot dan kru.
Jika diakumulasikan biaya operasional pesawat, gaji pilot dan kru, total biaya operasional bisa mencapai Rp 30 juta per jam.
"Harus diingat, biaya carter pesawat ke wilayah perbatasan Kaltara itu mencapai Rp 60 juta per jam," sebutnya.