News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Cerita Warga Kulonprogo yang Menolak Bandara Setelah Pintu dan Jendela Rumahnya Dicongkel Paksa

Editor: Sugiyarto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PENGOSONGAN LAHAN BANDARA. Sejumlahw arga yang tergabung dalam Paguyuban Warga Penolak Penggusuran Kulonprogo melakukan aksi berdoa dibawah hujan saat berlangsung proses pengosongan lahan di Palihan, Temon, Kulonprogo, DI yogyakarta, Senin (27/11/2017). Pengosongan lahan secara tegas tersebut dilakukan setelah penetapan melalui proses konsinyasi di Pengadilan Negeri (PN) Wates dan warga telah melebihi batas waktu yang ditetapkan oleh pihak Angkasa Pura I untuk pindah pada 24 November 2017.

TRIBUNNEWS.COM, KULONPROGO - Pencongkelan paksa daun jendela dan pintu rumah terdampak bandara di Palihan, Senin (27/11/2017) membawa kegetiran tersendiri bagi warga.

Mereka menolak pembangunan bandara tersebut dan enggan menerima sepeser pun uang dari proyek tersebut.

Namun, di saat yang sama mereka harus menerima kenyataan pahit bahwa rumah yang telah ditinggali sekian lama itu akan tergusur.

Itu pula yang dirasakan Rohani (37), warga Pedukuhan Kragon II.

Keluarganya memang menyatakan menolak pembangunan bandara dan tergabung dalam kelompok Paguyuban Warga Penolak Penggusuran Kulonprogo (PWPP-KP).

Rohani merasakan betul kegetiran dan kebingungan di dalam hatinya.

Saat berbincang dengan wartawan, matanya tak berhenti menatap nanar guyuran hujan yang membasahi pekarangan depan rumahnya.

Dari kusen jendela yang tak lagi berpenutup itu setelah dicongkel petugas, jelas terlihat rintikan air dari langit menggenangi bumi.

"Baru kemarin kami menggelar tahlilan 40 hari meninggalnya Ibu dan hari ini pintu kami dibongkar. Tidak ada pemberitahuan, tidak ada surat peringatan, tahu-tahu kami harus mengosongkan rumah. Ini namanya pemaksaan, tidak berperasaan," tutur Rohani, lirih.

Bangunan rumah yang tidak terlalu besar itu didiami empat kepala keluarga (KK).

Yakni, Rohani dan suaminya, Fajar, serta tiga kakak iparnya.

Rumah tersebut memang rumah tabon atau warisan dari orangtua suaminya.

Rohani mulai menempati rumah tersebut setelah menikah dengan suaminya pada 2001 dan kini sudah dikaruniai dua orang anak.

Ia lalu menegaskan bahwa keluarganya memang tidak pernah ingin menjual rumah dan tanah tersebut.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini