Laporan Wartawan Tribun Jabar, Haryanto
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Memiliki tujuan positif, sebanyak 10 perempuan ini mencukur siapapun tanpa mematok harga.
Menamakan perkumpulannya dengan sebutan 'Pangling', akronim dari Pangkas keliling, ke-10 cewek ini biasa mencukur rambut di taman.
"Dibayar seikhlasnya saja, pake senyuman pun enggak apa-apa," kata Sekretaris Pangling, Atta Basuki di tempat kerjanya, Jalan Padadjaran, Kota Bandung, Sabtu (9/12/2017).
Perkumpulan yang terbentuk dari ajang reuni ini bertujuan agar skill yang mereka punya bisa bermanfaat bagi orang banyak.
Tanpa mau mematok harga potong rambut, pangling menjadi gerakan sosial yang tidak akan dikomersilkan.
Terbentuk pada Juni 2017, pangling telah beberapa kali membuka lapak cukur di taman kota Bandung.
Siapapun yang berada di sekitar taman menjadi target untuk di potong rambutnya secara profesional.
Berbagai model potongan rambut bisa diminta kepada para tukang cukur perempuan ini.
Meskipun memotong rambut di luar ruangan, alat potong yang digunakan telah modern.
Pelayanan yang diberikan saat dicukur pun tidak akan jauh berbeda dari barbershop.
"Enggak mesti ke barber shop, semua kalangan bisa merasakan kualitas cukur terbaik tanpa harus bayar mahal," katanya.
Seluruh anggota pangling ini masih berusia berkisar 20 tahun, dan pernah bekerja di barbershop yang sama di kota Bandung.
Namun, hingga kini, semua anggotanya masih aktif mencukur di beberapa barbershop.
Pangling membuka lapaknya dari memanfaatkan bangku taman, pencahayaan alam atau lampu taman, serta kertas bertuliskan 'pangling, pangkas rambut gratis'.
Mendapat respon yang cukup baik dari warga yang telah dicukurnya, pangling berkeinginan membuka lapaknya sebulan sekali.
Bekas potongan rambut yang jatuh pun pasti dibersihkan setelah acara cukur gratisnya selesai.
Cuaca yang tidak menentu dan keberadaan sumber listrik menjadi kendala perkumpulan pangling ini.
"Untuk sementara ini di taman dulu, kalau alat-alatnya sudah berkembang, ke depannya ingin bisa dimana saja," kata Atta.