"Kondisi saat ini, saya lihat Gunung Agung masih aman untuk kita lakukan proses tersebut. Tapi kita nanti kedepannya juga tetap dan terus perhatikan imbauan pemerintah," ungkapnya.
Baca: Perempuan Sepuh di Pekalongan Meninggal Dunia Tertimpa Reruntuhan Rumah
Hembusan Asap
Kondisi Gunung Agung hingga kemarin terpantau masih terus mengalami erupsi magmatik efusif.
Hembusan asap berwarna putih dan kelabu masih tampak jelas keluar dari kawah Sang Giri Tohlangkir.
"Erupsi efusif masih berlangsung, disertai hembusan abu dengan lama 10-20 detik," ujar Kepala Bidang Mitigasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Gede Suantika, kemarin.
Hal tersebut membuat tim PVMBG terus melakukan pemantauan selama 24 jam terhadap aktivitas vulkanik Gunung Agung.
PVMBG sejak tanggal 13 hingga 15 Desember, juga telah melakukan pengambilan sampel gas di sekitar kawah Gunung Agung dengan menggunakan pesawat tanpa awak (drone).
Pengambilan sampel difokuskan untuk mendeteksi gas magmatik seperti So2 ,Co2 dan H2O.
"Kita mengambil sampel gas magmatik ini selama tiga hari. Pemantauan ini memang agak sulit, karena kita sangat tergantung dengan cuaca," jelas Suantika.
Setelah dilakukan analisis, hasil dari pemeriksaan sampel gas tersebut, menunjukan gas So2 (sulfur dioksida) di sekitar kawah Gunung Agung saat ini jumlahnya menurun drastis dibandingkan periode sebelumnya.
Saat ini, rata-rata dalam sehari produksi gas So2 di sekitar kawah Gunung Agung mencapai 40 sampai 200 ton per harinya.
Jumlah ini jauh menurun jika dibandingkan periode 25 sampai 29 November 2017 yang mencapai 5.000 ton per harinya.
Baca: Gubernur Jambi Zumi Zola Beserta Istri Diarak Sebelum Disematkan Gelar Adat
"Gas magmatik itu indikasi munculnya magma dari di dalam kawah menuju ke permukaan. Menurunnya kadar gas sulfur dioksida ini artinya, material vulkanik yang keluar itu sedikit, seiring abu vulkanik yang dikeluarkan juga sedikit," ungkap ahli vulkanologi asal Buleleng ini.