Laporan Wartawan Tribun Medan, Jefri Susetio
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Pengamat Politik dari Universitas Sumatera Utara, Muryanto Amin, mengatakan, sebelum pasangan bakal calon kepala daerah mendaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU), Sumatera Utara, masih kemungkinan ada kejutan baru.
Apalagi, hanya pasangan Edy Rahmayadi dan Musa Rajekchah yang secara resmi mendeklarasikan diri sebagai calon gubernur dan wakil gubernur.
Sedangkan, dua pasangan calon lainnya, seperti JR Saragih dan Ance Silian belum cukup kursi karena PKB belum secara resmi memberikan dukungan.
Begitu juga Djarot Saiful Hidayat dan Sihar Sitorus belum cukup suara lantaran PPP belum secara terang benderang memberikan dukungan.
Sejumlah partai politik belum mengumumkan calon yang diusung misalnya PKB, PPP dan Hanura.
Meskipun belakangan SK dukungan Hanura beredar di media sosial namun dukungan secara resmi dukungan enggak ada.
Ada keanehan partai politik, ada surat dukungan secara resmi yang beredar, dan dukungan secara resmi Tapi, secara tiba-tiba gagal mengusung.
Baca: Jokowi Tak Ikuti Perkembangan Pilgubsu
Secara formal arah dukungan partai politik dipastikan bila sudah mendaftarkan calon gubernur di KPU.
Kondisi politik yang ada sekarang ini masih membinggungkan, karena tujuan partai politik dengan praktik di lapangan berbeda.
Seharusnya, partai politik mengikuti proses demokrasi secara baik. Tapi, jika benar hanya tiga pasangan calon sudah menggambarkan ada partai kader, dan non kader.
Adapula partai yang megusung dari kadernya. Apakah partai politik bisa serius memenangkan ini.
Bahkan, ada kelompok lain yang berpengaruh memenangkan selain dari partai politik tersebut. Masih ada kemungkinan atau kejutan sebelum mendaftar di KPU.
Kita ketahui bersama NasDem saja yang sudah mendeglarasikan dukungan terhadap Tengku Erry Nuradi mendadak berubah, mereka berikan dukungan kepada Edy Rahmayadi.
Karena itu, masih ada kemungkinan partai lain melakukan perbuatan serupa.
Jelang mendaftar ke KPU segala kemungkinan masih ada, bakal ada partai politik yang mengikuti jejak NasDem manarik dukungan.
Apakah Demokrat yang sudah mengusung JR Saragih-Ance Silian ada perubahan ? Atau PDIP bermanuver dukungannya namun, belum bisa diprediksi.
Kemudian, pimpinan elite politik di Jakarta lebih mengendepankan hubungan antar petinggi partai ketimbang kondisi di daerah terkhusus di Sumut.
Pada Pilkada ini masih ada isu SARA.
Isu agama, suku akan menjadi isu seksi menambah keyakinan orang dan mengurangi keyakinan orang untuk memilih.
Menurut saya, isu SARA akan digembuskan kampanye terbuka maupun tertutup.
Apakah pengaruhnya besar ?
Baca: Didukung Golkar, Edy Yakin Menangkan Pilgub Sumatera Utara
Besar pengaruhnya tergantung tim sukses masing-masing pasangan calon mengemasnya.
Walaupun isu SARA tidak boleh di pemilihan Pilkada.
Tapi sanksinya apakah ada? Selama ini tidak bisa diberikan sanksi kejadian Jakarta isu SARA menjatuhkan Ahok pasca dari pemilihan gubernur.
Isu primordialisme tidak berpengaruh bila partai politik punya jaringan struktur yang bagus serta pemahaman idiologi yang kuat.
Misalnya struktur partai sampai ke tingkat dusun serta program kerja yang rutin untuk program idiologisasi.
Tapi belum ada partai politik yang kuat di Indonesia, sehingga isu-isu primordialisme berpengaruh terhadap pemilih.
Siapa yang diutungkan ? Tentu saja kelompok yang bisa memainkan isu tersebut. Isu-isu primordialisme akan dikapitalisasi oleh kelompok pasangan calon gubernur lainnya.
PDIP yakin isu primordialisme tidak begitu penting sekarang ini lantaran mereka ingin membangun kebangsaan.
Tetapi, isu primodialisme tidak punya pengaruh yang besar bila jaringan parpol mereka sudah kuat. Kemudian perlu diwaspadai politik uang dan kecenderungan orang tidak hadir di TPS.(tio/tribun-medan.com)