Namun begitu, ia enggan meminta ganti rugi atas robohnya pohon produktif tersebut karena khawatir akan diseret untuk menyetujui pembangunan bandara.
Ia menegaskan bahwa sikapnya sama sekali tak berubah, yakni tetap menolak digusur bandara.
Yatiman mengaku akan kembali menanam pohon serupa di lahan tersebut.
Selain untuk sumber nafkah, menanam menjadi simbol sikapnya yang tegas menolak lahan pertanian dan kehidupannya digusur oleh proyek bandara.
Adapun pohon yang sudah roboh akan dimanfaatkan kayunya.
"Saya sampai kapanpun akan tetap menolak. Pohon dirobohkan, saya tanam lagi. Begitu seterusnya. Pokoknya saya ngga jual (lahan)," kata Yatiman.
Relawan solidaritas tolak bandara, Heron mengatakan, pihaknya akan terus mendampingi warga mempertahankan tanahnya.
Pasalnya, lahan dan segala yang ada di atasnya dipakai untuk kehidupan warga.
"Prinsip perjuangan warga hanya menolak dan itu harus dihormati. Mereka tidak ingin tanahnya dipakai untuk bandara," kata Heron.(TRIBUNJOGJA.COM)