Laporan Reporter Tribunjogja.com, Ahmad Syarifudin
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Pagi itu, diantara kesibukan lalu lalang orang-orang yang tengah berbelanja, Mbah Haniti (90) tampak duduk seorang diri.
Ia terlihat tengah memilah-milah pakaian bekas yang ia jajakan di pinggiran Pasar Beringaharjo, Minggu (14/01/2018).
Jemarinya yang mulai buyutan termakan usia tak menyurutkan sedikit pun semangatnya untuk bekerja.
Ia tampak sumringah kepada siapa saja yang tengah melintas di depan pasar Beringharjo blok F2, tepatnya di bawah jembatan penyeberangan orang (JPO).
Kepada Tribunjogja.com, Mbah Haniti mengaku sudah dua tahun berjualan pakaian bekas di pasar Beringharjo.
Sebelum membuka lapak pakaian bekas di bawah jembatan penyeberangan, Mbah Haniti mengaku jualan di dalam pasar Beringharjo di lantai atas.
Namun belakangan, lantaran tenaganya sudah tidak memungkinkan untuk naik turun tangga, ia mengaku lebih nyaman jualan di luar pasar.
"Jualan sudah lama. Dua tahunan. Berjualan di bawah (JPO) ini tiga bulan, sebelumnya di dalam (pasar) sana, manjat mudun, ra kuat tenagane (naik turun tak kuat tenaganya)," ujarnya, dengan bahasa jawa, Minggu (14/01/2018).
Guratan-guratan di sekitar kelopak matanya tampak jelas.
Mengenakan pakaian seadanya, ia membuka lapak dengan hanya menggelar karpet usang yang telah sobek di bagian tengahnya.
Tak ada suara yang biasa dilakukan para penjual untuk menarik pembeli.
Ia terduduk dan hanya senyum yang ia lontarkan pada siapapun yang kebetulan melintas di depan dagangannya.
Dengan suara yang pelan, Mbah Haniti mengaku tinggal di Kotagede.