Perilaku tersebut muncul sejak sekitar lima bulan lalu.
"Panggilannya Encas, dia suka memukul-mukulkan besi dan memasang musik yang volumenya keras. Kalau malam Minggu suka memutar musik dangdut," kata Onan kepada Tribun Jabar di Blok Sawah, Kelurahan Cigondewah Kidul, Kecamatan Bandung Kulon, Kamis malam.
Para tetangga terganggu suara musik yang diputar Asep. Ada di antara mereka yang kemudian menegur Asep.
Bila ada yang menegur, Asep segera mematikan musik dan menutup pintu rumahnya.
Onan juga kerap melihat Asep Maftuh membakar sejumlah benda di dalam rumahnya.
Terkadang, kata Onan, tanpa alasan jelas, Asep menyiramkan air ke orang yang lewat di dekatnya.
Onan menambahkan, jika diajak bicara, Asep bisa merespons lawan bicaranya secara normal.
Ada kesungkanan dari warga untuk menegur pelaku. Alasannya, pelaku merupakan orang yang cukup lama tinggal di wilayah tersebut.
Baca: Guru Budi Muntah dan Tak Sadarkan Diri Saat Tiba di Rumah, Nyawanya pun Tak Tertolong
Menurut Onan, Asep lahir dan besar di Blok Sawah.
Menurut warga, Asep Maftuh memiliki empat anak. Namun rumah tangga Asep kandas beberapa waktu lalu.
Sebelum bercerai, kata Onan, Asep Maftuh termasuk warga rajin salat. Sementara dalam kurun lima bulan terakhir, Onan tidak pernah melihat Asep berangkat salat Jumat.
Terpisah, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan prihatin atas dua peristiwa penganiayaan terhadap ulama yang terjadi dalam waktu berdekatan.
Peristiwa pertama menimpa KH Umar Basri alias Ceng Emon (60), pengurus Pondok Pesantren Al Hidayah, Cicalengka, Kabupaten Bandung, yang dianiaya seorang pria berinisial A (55), Sabtu (27/1/2018) pagi.