Pemuda itu berujar, sebelum bertemu Tribun-Medan, ada puluhan warga melayangkan protes di Kantor Camat Payung. Mereka kesal, tidak ada kepedulian dari Pemkab Karo untuk menyiram debu yang menutupi rumah dan perkampungan.
"Kami barusan mendatangi kantor Camat Payung untuk protes. Enggak ada peduli Pemerintah sama kami. Mas datang dulu melihat langsung desa kami," katanya melanjutkan pembicaraan.
Usai mendengar penjelasan itu, Tribun Medan bergegas menuju Desa Selandi Lama yang berjarak tidak kurang dua kilometer dari jalan besar. Tidak gampang menuju perkampungan itu karena jarak pandang minim.
Lebih lanjut, badan jalan kecil, dan berliku-liku, pengendara melewati jalan yang meliuk-liuk serta berbatasan dengan sungai serta jurang. Karena itu, laju kendaraan tidak bisa kencang serta butuh kewaspadaan.
Selama berkeliling di Desa Selandi Baru, Tribun Medan didampingi dua warga Arman Bangun (48) dan Pardin Sembiring (42). Kedua warga itu memperlihatkan kondisi permukiman warga yang jauh dari sehat. Seluruh rumah tertutup debu vulkanik berkisar 10 inci.
Tidak hanya itu, banyak genteng rumah jebol lantaran dihantam material Gunung Sinabung seperti debu dan batu kericil. Namun, warga terpaksa bertahan hidup alias tidak meninggalkan kampung lantaran terbentur biaya.
Mandi di Aliran Lahar Dingin
Setelah memperlihatkan kondisi permukiman warga di Desa Selandi Baru, Arman dan Pardin membawa kami ke bagian ujung kampung. Kemudian, mereka memperlihatkan turunan yang berjarak lima meter ke bawah.
Setelah itu, Tribun Medan bersama dua warga menuruni anak tangga terbuat dari bambu, ada kurang dari 50 anak tangga. Setiba di bawah, ada dua corong bambu kuning yang didesai untuk tempat air mengalir. Air yang mengalirpun cukup deras.
Suhu di dasar sungai dan bagian ujung pemukiman warga terasa panas, hanya sekejap Tribun Medan bersama warga bermandikan keringat. Bahkan, warga meminta untuk tidak berlama-lama berada di zona berbahaya itu.
“Dulu sungainya berjarak lima meter namun seringnya lahar dingin menerjang kini sungai sudah berjarak puluhan meter. Kamar mandi umum warga pun sudah ambruk diterjang banjir lahar dingin,” ujar Arman Bangun kepada Tribun Medan.
Arman menambahkan, warga tidak berani mandi ataupun mencuci pakaian bila langit mendung. Apalagi, terkadang cuaca sulit diprediksi karena hujan di puncak gunung hujan belum tentu berbarengan di perkampungan warga.
Arman Bangun menambahkan, tidak banyak orang yang mengenal Desa Selandi Lama lantaran jaraknya cukup jauh. Dari jalan besar kecamatan berjarak 1,4 kilometer ke dalam. Biasanya, orang hanya mengenal Desa Perbaji.
Bila ingin menuju Desa Selandi Lama, memang harus melewati Desa Perbaji. Artinya, tidak ada alternatif jalan lain. Penghasilan utama warga dari bercocok tanam seperti menanam kopi, tomat, bawang, cabai serta sayuran.