Laporan Wartawan Tribun Timur, Ansar Lempe
TRIBUNNEWS.COM, MAROS - Puluhan petani dari Kecamatan Bantimurung dan Simbang mendatangi markas Kodim 1422 di Jalan Ratulangi, Kota Maros, Rabu (14/11/2018).
Mereka datang untuk protes aparat kodim yang melakukan razia pengangkutan gabah.
Petani kesal lantaran TNI menahan gabah milik pengusaha padi lokal yang akan dibawa ke Pinrang dan Sidrap.
Massa diterima langsung oleh Dandim 1422 Maros, Letkol Kav Mardi Fajarianto di aula Kodim.
Baca: Tadinya Mengaku Diperkosa, Bocah Ini Akhirnya Ungkap Siapa Ayah dari Anak yang Dilahirkannya
Perwakilan petani, Ibrahim mengaku senang menjual padinya dengan harga tinggi ke pedagang.
Harganya mencapai Rp 4.700 per kilogram sementara Bulog membeli gabah kisaran Rp 4.500 per kilogram.
"Saya petani pak. Kami sampaikan, bahwa biaya yang kami keluarkan selama kami merawat padi sekitar tiga bulan lamanya, sangat banyak. Tapi kenapa saat panen harga gabah dibatasi," katanya.
Padahal ada sejumlah pedagang yang membeli gabah petani dengan mahal dibanding harga Bulog namun TNI justru melarang pedagang tersebut.
Menurutnya, jika pedagang dilarang membeli gabah secara langsung, maka petani tidak akan sejahtera.
Justru yang disejahterakan adalah oknum tertentu.
"Kenapa kalau ada yang mau beli mahal gabah kami, tapi dilarang. Jangan batasi harga gabah pak. Kami juga mau sejahtera seperti orang lain," katanya.
Kodim dinilai keliru dalam mengawasi. Jika benar TNI ingin sejahterakan warga, seharusnya pendistribusian pupuk, pestisida dan penyaluran bantuan yang diawasi. Bukan malah ikut campur mengenai harga gabah.