Sumber Tribun Kaltim membenarkan, patahnya pipa minyak karena terhantam jangkar kapal. Menurut sumber yang berprofesi sebagai penyelam profesional ini, jangkar tersebut ditemukan tersangkut di pipa minyak milik Pertamina. Lokasi tidak jauh dari Lawe Lawe.
"Analisa kami, kapal memaksa menarik jangkar, namun tersangkut pipa. Sehingga pipa bergeser," ujarnya.
Kasus serupa pernah menimpa pipa gas milik salah satu perusaan migas yang beroperasi di Kalimantan. Ketika dicek penyelam, pipa patah di bawah laut, dan ada jangkar tersangkut. Kemudian, petugas keamanan menemukan sebuah kapal tugboat kehilangan jangkar. Dan langsung diamankan.
Peristiwa jangkar tersangkut kapal sebenarnya beberapa kali terjadi, namun yang mengakibatkan pipa hingga bocor hingga parah baru kali ini.
Pipa berdiameter 20 inci dengan ketebalan 12 mm di kedalaman 20-25 meter itu, biasa digunakan untuk mengirimkan minyak mentah dari Lawe-lawe ke kilang Balikpapan..
"Pipa dilapis semen konkrit tiba tiba jadi begini (remuk dan putus jadi dua)," kata Togar mengilustrasikan pipa menggunakan kertas lurus, dan tiba-tiba remuk di bagian tengah, lalu putus jadi dua.
Pertamina sendiri, jelas Togar baru tahu letak pasti lokasi pipa putus Selasa (3/4) sore, atau 4 hari setelah tumpahnya minyak, Sabtu (31/3) dini hari.
Penelusuran Tribun, kemarin, tim penyelam dari perusahaan pihak ketiga tampak beroperasi di sekitar lokasi kebocoran yang diprediksi 2 km dari kilang unit 5 Pertamina Balikpapan. "Yakin bener kemarin sore (Selasa, 3/4) dengan alat side scan sonar system,"ujarnya.
Ditambahkan Kombes Pol Yustan Alpiani, polisi masih menyelidiki penyebab pasti pipa tersebut bisa putus.
"Kami akan melakukan pendalaman kembali, kami harapkan pipa itu dipotong dan diangkat, dan pipa itu dibawa ke laboratorium forensik. Kita ingin tahu kenapa pipa itu putus karena apa," kata Yustan.
Produksi Berkurang
Pipa minyak bawah laut milik Pertamina Refinery Unit (RU) V Balikpapan, yang menghubungkan terminal Lawe-lawe ke fasilitas pengilangan unit 5, ikut berdampak menurunya produksi kilang itu.
Manager Pertamina RU 5, Togar MP menjelaskan, di fasilitas pengilangan itu, terdapat dua skema pengolahan minyak, primary/utama dan sekunder.
Togar mengakui, akibat kejadian ini, suplai utama mengalami penurunan sebesar 50 persen, sementara suplai sekunder masih mampu produksi 70 persen. Diketahui kilang ini mampu memproduksi 260 ribu barrel minyak olahan per hari.