TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Calon gubernur (Cagub) Sumatera Utara (Sumut) Djarot Syaiful Hidayat dikenal sebagai pemimpin amanah yang bekerja sampai tuntas.
Saat mejabat Wali Kota Blitar, politikus PDI Perjuangan itu menuntaskan masa jabatannya selama dua periode (2000-2010) sampai selesai.
Tidak hanya itu, sejumlah prestasi juga dia torehkan selama 10 tahun memimpin Blitar.
Seperti menaikkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Blitar dari Rp 2,5 M menjadi Rp 40 M.
Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Dr Arifin Saleh Siregar mengatakan, rekam jejak Djarot yang baik itu membuat dia cepat dikenal oleh masyarakat Sumut.
"Terbukti dalam waktu singkat popularitasnya melonjak drastis. Pemilih sudah tahu Djarot Cagubsu," kata Arifin saat dihubungi wartawan, Jumat (6/4/2018).
Baca: JR Saragih Ajak Pendukung Menangkan Djarot-Sihar
Hanya saja, kata Arifin, kampanye negatif bahwa Djarot bukan putra daerah masih terus ada.
"Kampanye (negatif) itu calon impor itu masih terus muncul," ujarnya.
Menurut Arifin, rekam jejak Djarot yang bersih saat menjabat kepala daerah, juga sesuai dengan keinginan masyarakat Sumut, yang pemimpinnya berturut-turut masuk bui karena korupsi.
"Masyarakat Sumut yang mereka inginkan pemimpin yang bersih. Apalagi baru-baru ini ada 38 anggota DPRD yang jadi tersangka KPK," ujarnya.
Selain rekam jejak, kata Arifin, cara pendekatan Djarot ke masyarakat Sumut juga membuat banyak orang terkesan.
"Djarot kalau bertemu masyarakat kesannya spontan, tidak perlu prosedural, protokoler. Kemarin dia tidur di rumah warga di Batubara," kata Arifin mengontraskan kesan protokoler yang masih tampak pada pesaingnya.
"Secara gestur wajah, Djarot lebih banyak senyumnya. Djarot lebih khas dia karena kumisnya," kata Arifin.