"Adiknya itu kalau ngomong sama tetangganya sering nyentak-nyentak. Mereka juga tertutup. Berbeda dengan Teguh adik ketiganya. Ia masih aktif dan sering datang ke sini, lebih terbuka juga, orangtuanya juga baik," jelas dia.
Warga yang rumahnya berjarak 100 meter dari kediaman Anton bernama Prawoto mengatakan, Anton tidak ada gelagat radikal meski jarang kumpul dengan tetangga.
"Enggak ada gelagat aneh, ya memang anaknya tertutup," jelasnya.
Ia menambahkan, rumah yang berada di Manukan Kulon Blok 19 H/19 RT 11 RW 5 sudah lama akan dijual.
"Tidak tahu kenapa kok tidak terjual-terjual, mungkin ada masalah. Sudah lama tidak di tempati," ucap Prawoto.
Kapolda Jawa Timur Irjen Mahfud Arifin mengatakan keluarga Anton akan bertindak seperti keluarga Dita Supriyanto, otak bom bunuh diri yang mengajak istri dan keempat anaknya meledakkan bom di tiga gereja di Surabaya pada Minggu pagi.
"Mereka itu pelaku, bukan korban," kata Mahfud di lokasi kejadian pada Senin (14/5/2018) dini hari.
Kabid Humas Polda Jatim Kombes Frans Barung Mangera menambahkan Anton mengalami luka parah namun masih hidup pada ledakan pertama.
Karena membahayakan, ia langsung dilumpuhkan oleh pihak kepolisian.
"Dia dalam keadaan memegang switching, sehingga terpaksa dilumpuhkan," kata Frans.
"Jadi, Anton tewas setelah dilumpuhkan petugas yang datang ke lokasi," sambung dia.
Dalam peristiwa itu sempat ada insiden dramatis saat anak sulung Anton mengelamatkan dua adiknya yang terkena letusan bom.
Anak Anton ini membawa dua adiknya ke rumah sakit begitu tahu mereka terluka parah. Inisial anak itu bernama AR.
Sedangkan, jenazah Anton, istri, dan anak pertamanya telah dievakuasi ke Rumah Sakit Bhayangkara, Senin dini hari sekitar pukul 01.30 WIB.