TRIBUNNEWS.COM, TASIKMALAYA - Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto bersama Kapolri, Jenderal Pol Tito Karnavian melakukan Safari Ramadan bersama ke Kota Santri, Tasikmalaya, Senin (28/5/2018) Sore.
Rombongan yang tiba pukul 16.40 WIB, di Markas Brigif Raider 13/1 Kostrad, Tasikmalaya, Jawa Barat disambut iringan marawis.
Marawis didendangkan oleh gabungan dari personel TNI, Kepolisian serta masyarakat.
Kegiatan ini dihadiri oleh seluruh elemen masyarakat.
Pada safari Ramadan ini terlihat pula dihadiri sejumlah pejabat pemerintahan Kota seperti Wali Kota, Budi Budiman, Kapolda Jabar, Irjen Pol Agung Budi Maryoto, Pangdam III Siliwangi, serta sejumlah ulama dan tokoh masyarakat lainnya.
Dalam sambutannya Marsekal Hadi Tjahjanto mengajak masyarakat untuk memerangi radikalisme dan terorisme di momen bulan Suci Ini.
"Perlu ada tindakan pencegahan, selain perang melawan hawa nafsu di bulan Ramadan ini mari kita perangi radikalisme serta terorisme," Katanya seperti dilansir dari tribunjabar.id.
Menurutnya, perbedaan jangan menjadi pemecah bangsa justru harus dijadikan modal untuk memperkokoh kesatuan dan persatuan.
"Kebhinekaan jangan dijadikan jurang pemisah, jadikan modal pemersatu kekuatan. Seluruh elemen masyarakat perlu bahu-membahu demi masa depan yang lebih baik," ujarnya.
Dalam kesempatan kali ini, keduanya juga menyampaikan sebanyak 252 bingkisan bagi yatim piatu dan duafa.
Selain berbuka bersama, keduanya juga melaksanakan salat tarawih di lokasi yang digelar di tenda pleton yang megah dibalut nuansa merah putih tersebut.
Sebelum pelaksanaan tarawih, kegiatan safari ini semakin semarak dengan penampilan dari Charlie van Houtten atau vokalis Setia Band.
Rencananya dua pemimpin kesatuan yang berbeda tersebut akan bermalam di salah satu hotel di Kota Santri sebelum kembali bertolak ke Jakarta hari Selasa, esok hari.
Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Besar Majelis Dzikir Hubbul Wathon (PB MDHW) KH. Mustofa Aqil Siradj dalam tausyiahnya mengaku senang melihat dua lembaga keamanan negara bersinergi. Sebab dengan negara yang aman maka masyarakat bisa tenang menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Menurut Kiai Mustofa, patut diapresiasi upaya pemerintah Indonesia dalam menjaga NKRI. Pemerintah berusaha menyatukan para ulama dan kiai untuk menjaga NKRI.
"Suatu kekita saya melihat KH Ma'ruf Amin yang juga Rais Aam PBNU resah. Beliau khawatir dengan perpecahan umat Islam di Indonesia. Sedangkan Presiden Jokowi juga resah karena dituduh anti Islam dan PKI. Lalu keduanya bertemu dan membentuk majelis yakni Majelis Dzikir Hubbul Wathon," ujarnya.
"Majelis itu artinya perkumpulan, dzikir itu bisa diartikan saling mengingatkan. Sedangkan hubbul wathon adalah cinta tanah air. Jadi Majelis Dzikir Hubbul Wathon tempat kita untuk mengingatkan dan menjaga NKRI," tutur Kiai Mustofa.
Kiai Mustofa kembali mengingatkan bahwa saat ini tahun politik. Adik kandung Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj ini pun meminta harapan Panglima agar seluruh elemen bangsa bersatu direalisasikan.
"Ya kalau nanti calon kepala daerah yang kalah maupun yang menang saling menghargai," jelasnya.
Senada dengan itu, Sekjen PB MDHW, Hery Haryanto Azumi menilai pertemuan ulama dan umaroh dalam hal ini TNI dan Polri sesuai dengan cita-cita besar MDHW.
"Pertemuan ulama dan umaroh ini bisa disebut tradisi baru yang sangat bagus. Ini harus dirawat dan ditradisikan," kata Hery.
Dengan sering berkumpul seperti ini, kata Hery, akan lebih mudah mencarikan jalan keluar untuk persoalan-persoalan bangsa.
"Pertemuan begini akan lebih mudah menemukan solusi. Makanya ini harus ditradisikan," katanya.