Laporan Wartawan Banjarmasin Post Helriansyah
TRIBUNNEWS.COM, KOTABARU - Nelayan di tiga desa di Kecamatan Pulau Sebuku Kotabaru kembali menjerit.
Sudah hampir sebulan ini mereka tidak bisa maksimal melaut, karena kesulitan mendapatkan bahan bakar minyak (BBM).
Nelayan tiga desa yaitu, Sungaibali, Rampa dan Desa Ujung, khususnya kesulitan melaut karena adanya pengurangan jatah ke pangkalan dari solar paket dialer nelayan (SPDN) di pangkalan pendaratan ikan (PPI) Kotabaru.
Amat Kaluku, warga Desa Rampa, Kecamatan Pulau Sebuku yang juga berprofesi nelayan, mengakui dalam sebulan terakhi nelahan di wilayah mereka kesulitan mendapat BBM.
Menurut Amat, agar bisa melaut dalam sebulan terakhir ini, nelayan hanya membeli BBM saat ada pengencer yang membeli dari pelangsir di Kotabaru.
Tambah Amat, nelayan membeli BBM jenis solar dari pengecer Rp 7.000 perliter.
"Itu pun kalau ada yang membeli ke kota," ungkap Amat Kaluku kepada banjarmasinpost.co.id melalui telepon genggamnya, Selasa (5/6/2018).
Kepala Desa Rampa, Kecamatan Pulau Sebuku M Ilham, membenarkan dalam sebulan ini warganya kesulitan mendapat BBM saat ingin melaut.
"Ya kasihan nelayan tidak optimal melaut. Persoalan sampai ke desa Sekapung. Selain di desa Rampa, desa Ujung dan Sungaibali," kata Ilham.
Senada diungkapkan Amat. Kades Rampa ini, menjelaskan menjadi permasalahan nelayan kesulitan mendapatkan BBM karena ada pengurangan jatah BBM subsidi dari SPDN Kotabaru.