Laporan Wartawan Tribun Medan, Jefri Susetio
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Para mahasiswa/i yang kuliah di berbagai perguruan tinggi di Kota Medan memutuskan pulang kampung supaya bisa memberikan hak suara di Pilkada Sumut, Rabu (27/6). Apalagi, mereka tidak dapat mengurus pindah pencoblos atau formulir A-5.
Seorang mahasiswa Universitas HKBP Nomensen, Agnes, mengatakan, telah mendatangi KPU Sumut untuk meminta formulir A-5 atau pindah memilih harus diambil dari daerah asal.
Oleh sebab itu, ia tidak sempat mengurus administrasi formulir di kampung halaman.
Proses mengurus formulir A-5 kampung menghabiskan waktu yang cukup dan kami juga baru besok (Rabu,27/6) baru libur.
"Jadi, lebih baik pulang ke kampung untuk mencoblos. Tadi sempat ke KPU untuk bertanya bisa atau enggak memproleh formulir A-5 di KPU,” ujarnya kepada Tribun Medan/Tribun-Medan.com, Selasa (26/6/2018).
Perempuan berkulit putih ini mengaku pemilih pemula dan baru akan menyalurkan hak suaranya di Pilkada Sumut.
Ia memutuskan untuk mencoblos setelah melakukan diskusi bersama teman serta orangtua supaya calon yang dijagokan bisa menang.
Menurutnya, sebagai pemilih rasional tidak ada pilihan lain kecuali memberikan hak suara di Pilkada Sumut.
Apalagi calon kepala daerah hanya dua kandidat sehingga tidak boleh golput supaya pemerintahan ke depannya bebas dari korupsi.
Ia menjelaskan, berencana pulang ke Labuhan Batu Utara gunakan bus KUPJ usai magrib dan tiba di kampung halaman dinihari. Oleh karena itu, sepulang mencoblos masih sempat kembali ke Kota Medan untuk masuk kuliah.
“Sebagai warga negara yang baik sangat wajar untuk menyalurkan hak suara, jadi sayang kalau tidak mencoblos. Kemudian, saya masih berharap agar pemerintah bersih, bebas dari korupsi serta kebijakan pemerintah pro masyarakat miskin,” katanya.
Sedangkan, Sukron, mahasiswa ekonomi dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) bilang, memutuskan untuk mencoblos di kampung halaman, Kota Kisaran, Kabupaten Asahan karena rektorat telah meliburkan sebelum ketetapan libur nasional.
“Pihak rektorat telah meliburkan jauh sebelum adanya libur nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah. Jadi, saya pesan tiket kereta api perjalanan malam untuk mencoblos di kampung halaman karena pengin memberikan hak suara,” ujarnya.
Dia menyampaikan, debat kandidat calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut yang disiarkan langsung dari beberapa stasiun televisi swasta telah memperlihatkan kandidat kepala daerah yang punya kamampuan.
Bahkan, ia sempat tertawa saat pada calon kepada daerah saling serang dan sindir.
Selain itu, kata dia, sebagai mahasiswa tentu saja akan memilih calon kepala daerah yang paham birokrasi serta punya program untuk membangun Sumut sehingga, menyampingkan isu-isu agama yang kerap disampaikan oleh para pemuka agama.