News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

BREAKING NEWS: Gunung Agung Erupsi, Kolom Abu Capai 2.000 Meter

Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gunung Agung alami erupsi pada Senin (30/4/2018)

Laporan Wartawan Tribun Bali Eka Mita Suputra

TRIBUNNEWS.COM, BALI - Aktivitas Gunung Agung kembali meningkat, terekam erupsi pada pukul 22:21 WITA, Rabu (27/6/2018).

Informasi Pos Pengamatan Gunungapi Agung, gunung tersebut mengalami erupsi dengan tinggi kolom abu teramati kurang lebih mencapai 2.000 meter di atas puncak (± 5.142 meter di atas permukaan laut).

Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat.

Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi ± 1 menit 9 detik.

Saat ini Gunung Agung berada pada Status Level III (Siaga).

Berikut rekomendasi PVMBG:

1. Masyarakat di sekitar Gunung Agung dan pendaki/pengunjung/wisatawan agar tidak berada, tidak melakukan pendakian dan tidak melakukan aktivitas apapun di Zona Perkiraan Bahaya yaitu di seluruh area di dalam radius 4 km dari Kawah Puncak Gunung Agung.

Zona Perkiraan Bahaya sifatnya dinamis dan terus dievaluasi dan dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan G. Agung yang paling aktual/terbaru.

2. Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung agar mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan yang dapat terjadi terutama pada musim hujan dan jika material erupsi masih terpapar di area puncak.

Baca: Warga di Sekitar Lereng Gunung Agung Kembali Rasakan Gempa Berskala Kecil

Area landaan aliran lahar hujan mengikuti aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung.

Sebelumnya, pada pengamatan periode 00.00 - 06.00 Wita hari ini, Gunung Agung mengalami gempa tremor harmonik sebanyak dua kali.

Amplitudonya 11 sampai 19 mm.

Durasi gempa 140 - 165 detik.

Kepala Bidang Mitigasi Gunung Berapi, PVMBG, Wawan Irawan menjelaskan, gempa tremor harmonik menandakan jika aliran fluida mulai naik ke permukaan kawah gunung melalui rongga.

Seperti gas atau uap  naik ke atas karena ada dorongan.

Gempa tremor harmonik yang terjadi tadi pagi tidak diikuti erupsi. Hanya terdengar bunyi gemuruh sekitar perut gunung, itupun sebentar.

Kegempaan seperti ini biasa terjadi pada gunung yang maasih aktif sesuai karakter Gunung bersangkutan.

"Wajar terjadi gempa tremor harmonik di Gunung Agung. Sebelumnya juga sering terjadi. Tapi kondisi Gunung Agung masih aman. Status tetap siaga, dampak masih di radius 4 kilometer dari puncak," kata Wawan.

Menurutnya, potensi letusan ada dengan daya letusan kecil.

Baca: Gunung Agung Erupsi Lagi, Semburkan Kolom Abu Vulkanik Setinggi 500 Meter

Dampaknya sekitar radius 4 kilometer dari puncak kawah Gunung Agung.

Yang terimbas erupsi di kisaran puncak Gunung Agung.

Tidak sampai mengenai area permukiman di lereng Gunung.

Suplai magma ke permukaan kawah sampai hari ini masih ada.

Deformasi mengalami peningkatan, tapi belum diketahui jumlahnya.

Dalam waktu dekat PVMBG kembali mengevaluasi aktivitas Gunung Agung untuk mengetahui kondisi Giri Tohlangkir.

Seperti diketahui, data per 7 Juni 2018 magma di Gunung Agung bertambah sekitar 1 juta meter kubik.

Penambahan kedalaman empat kilo di bawah puncak dan jumlah magma saat itu sekitar 1 juta meter kubik dan kemungkinan sekarang bertambah.

Penambahan volume magma terjadi di bagian selatan dan barat laut sedangkan bagian Tenggara sifatnya fluktuasi, naik turun, sejak 3 minggu yang lalu.

Seismik dalam waktu sebulan juga merekam kegempaan menandakan ada pergerakan magma.

Sedangkan volume lava di kawah Gunung Agung bertambah tiga juta meter kibik, dari 20 juta jadi 23 juta meter, per 7 Juni 2018.

Jumlah gas SO2 cenderung alami penurunan, terukur di kisaran 190 - 203 ton tiap hari yang ditandai masih ada aliran magma.

PVMBG mengimbau masyarakat, pendaki, pengunjung, dan wisatawan agar tak melakukan pendakian atau beraktivitas zona bahaya dalam radius 4 kilometer dari puncak Gunung.

Status masih level III (siaga). Perkiraan bahaya sifatnya dinamis.

Warga yang bermukim serta beraktivitas di  aliran sungai agar wspada akan potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan.

Kondisi ini terjadi terutama pada musim hujan, seandainya sisa material erupsi masih terpapar di puncak Gunung.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini