TRIBUNNEWS.COM, KUNINGAN - Dadang Mulya, warga Pancalang, Kuningan tiba-tiba dihampiri seorang sales rokok.
Sales rokok itu memintanya untuk berpose sambil merokok.
Catatannya, Dadang Mulya diminta berpose merokok sambil menggendong anak.
Ia yang tengah asyik menonton sepak bola di kampungnya pun akhirnya menurut.
Dadang Mulya menggendong putranya yang masih kecil, Rizki Indriawan.
Kemudian, berpose seperti yang diarahkan sales tersebut. Lalu, seorang pria pun memotretnya.
"Di mobil itu ada empat orang pria, yang memotret saya duduk di belakang, kaca mobilnya dibuka," kata Dadang, mengingat masa lalu.
Momen itu menjadi pengalaman yang masih diingat Dadang Mulya, yakni pada 2012.
Kala itu, Dadang Mulya tak paham untuk apa penggunaan foto tersebut.
Namun, ia terkejut saat menemukan sosok dirinya mejeng di bungkus rokok.
Dadang Mulya yakin foto pria gendong bayi sambil mengembuskan asap rokok adalah dirinya.
Awalnya, para tetangga meragukan ucapkan Dadang Mulya.
Tetangganya kerap menyebut Dadang Mulya hanya mirip saja dengan orang dalam foto di bungkus rokok itu.
Namun, Dadang tetap yakin atas dugaannya.
Ia bahkan masih menyimpan kaus biru yang dikenakannya saat difoto pada enam tahun silam.
Setelah memamerkan kaus biru itu, barulah warga sekitar tempat tinggalnya akan hal itu.
Awalnya, Dadang Mulya sempat kebingungan atas pemuatan foto tersebut.
Hal ini disebabkan fotonya dimuat tanpa sepengetahuannya.
Sebenarnya, sejak awal Dadang Mulya ingin protes, tapi tak mengerti apa yang harus dilakukan.
Akhirnya, selama ini Dadang Mulya pun bungkam.
Namun, seiring waktu berjalan, Dadang Mulya berjumpa dengan kawannya.
Dadang Mulya pun mencurahkan isi hatinya, merasa keberatan karena pemuatan foto itu tanpa izin dirinya.
Merasa dapat pencerahan dari kawannya, Dadang Mulya mulai bergerak.
Ia melapor ke desa, lalu ke Polsek Pancalang sesuai arahan dari aparat desa.
Setelah konsul dengan pihak kepolisian, Dadang pun disarankan mengadu ke BPSK Kabupaten Kuningan.
Namun, saat Dadang ke sana, ia justru diarahkan ke kantor pengacara di Cirebon.
Akhirnya, Dadang pun ke sana dan menandatangani surat kuara di kantor pengacara itu.
Mulanya, ia ingin masalah pemuatan fotonya di rokok'>bungkus rokok bisa selesai melalui jalur tersebut.
Namun, Dadang kembali mengurungkan niatnya sehingga surat kuasanya dicabut.
Walaupun merasa sedikit dirugikan, Dadang tak akan menuntut.
Namun, ia mengharapkan pihak perusahaan rokok yang memuat fotonya mau memperhatikan kondisinya.
Hingga kini, Dadang menjalani hidup yang sederhana dan merasa kekurangan.
Ia hanya kerja serabutan, itu pun saat mendapatkan tawaran pekerjaan.
Mulai adari kuli bangunan, angkut barang, hilang pekerjaan lainnya yang bisa menopang hidupnya.
Saat mendapatkan pekerjaan, Dadang memeroleh penghasilan tak lebih dari Rp 70 ribu per hari.
Namun, saat ada orang yang mempekerjakannya, Dadang kesulitan memenuhi kehidupan sehari-hari.
Apalagi, Dadang memiliki istri dan empat anak yang harus dinafkahi.
Putra sulungnya, Aditya Prabowo bahkan harus putus sekolah karena tak ada biaya.
Sang anak terpaksa tak bisa duduk di bangku SMA karena kondisi keluarga yang kekurangan.
Walaupun begitu, Dadang mengaku tetap bersyukur atas apa yang didapatkan dari kehidupannya saat ini.