TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk Kabupaten Bogor rentan terhadap bencana alam.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor menunjukkan, pada 2017 tercatat 593 kejadian bencana.
Tiga bencana yang paling sering terjadi pada 2017 adalah tanah longsor sebanyak 215 kejadian, cuaca ekstrem/angin kencang 205 kejadian, dan kebakaran 78 kejadian.
Dengan kondisi tersebut, peningkatan pengetahuan dan kapasitas masyarakat terhadap bencana perlu terus ditingkatkan untuk mengurangi risiko bencana.
Untuk mendukung upaya meningkatkan kapasitas masyarakat terhadap bencana, Star Energy Geothermal Salak, Ltd. (SEGS) menyelenggarakan Pelatihan Penanggulangan Bencana yang diikuti 40 peserta bekerja sama dengan BPBD Kabupaten Bogor, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui Stasiun Klimatologi Bogor, dan Social Conservation Indonesia (SCI) di wilayah PTPN VIII Perkebunan Teh Cianten, Kabupaten Bogor.
Baca: Asinan Gemes, Spanduk Pelesetan Asian Games di Kota Bogor Itu Rupanya Jual Aneka Asinan Unik
Sekretaris BPBD Kabupaten Bogor, Budi Pranowo menyatakan, edukasi perlu terus dilakukan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap pengurangan risiko bencana.
"Paradigma lama terhadap penanggulangan bencana, yaitu tanggap darurat, harus diubah ke paradigma baru, yaitu pengurangan risiko bencana," paparnya, Rabu (15/8/2018).
Selain itu, upaya pengurangan risiko bencana juga memerlukan kerjasama dan koordinasi antar sektor yaitu pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha.
Kepala Stasiun Klimatologi Bogor, Budi Suhardi mengiyakan kerentanan bencana alam di Kabupaten Bogor.
Ia menambahkan, tidak hanya tanah longsor, cuaca ekstrem/angin kencang, dan kebakaran, bencana gempa bumi juga menjadi salah satu ancaman bagi masyarakat.
Lebih lanjut Budi Suhardi memaparkan, gempa bumi di Jawa Barat, yang juga dirasakan masyarakat di Kabupaten Bogor ada beberapa sumber, yaitu Sesar Lembang, Sesar Cimandiri, Sesar Beribis, dan Sesar Garsela.
Baca: Yonkes 2 Kostrad Distribusikan Air Bersih Ke daerah-daerah Terkena Gempa Bumi
Gempa bumi yang dirasakan cukup kencang hingga Kabupaten Bogor, misalnya gempa bumi pada 23 Januari 2018 yang berpusat di Samudera Hindia Selatan Jawa dengan kekuatan 6,1 skala richter dan gempa bumi pada 23 Juni 2018 yang terjadi di Barat Daya Kabupaten Bogor dengan kekuatan 3,6 skala richter.
"Indonesia masuk ring of fire, termasuk tektonik aktif wilayah gempa," kata dia.
Meski suatu daerah bisa diprediksi akan terjadi gempa, tetapi waktu pasti dan pusatnya belum bisa diprediksi.
Yang terpenting dilakukan adalah membuat jalur evakuasi gempa dan titik kumpul apabila terjadi bencana sebagai bentuk mengurangi resiko bencana.
Iwan S Azof, Manager Policy, Government, Public Affairs and Security (PGPAS) SEGS pada kesempatan terpisah menjelaskan, kegiatan pelatihan penanggulangan bencana seperti ini sangat penting bagi masyarakat untuk memahami resiko dan kerentanan bencana, serta memahami langkah yang tepat dan aman yang harus dilakukan jika terjadi bencana.
Dengan pemaparan dari BMKG dan BPBD, masyarakat dapat memiliki pemahaman yang sama terhadap kerentanan dan resiko bencana.
Mereka bisa mengerti dan mengantisipasi kejadian-kejadian seperti bencana yang telah terjadi dan nantinya mungkin akan terjadi lagi.