Kemeriahan itu sudah selesai. Ribuan orang telah menjadi saksi, Helaran dan Pawai Mobil Hias 2018 sebagai pamuncak peringatan Hari Jadi Bogor 536 telah berjalan dengan sukses.
Hari itu Minggu, 12 Agustus 2018 itu, ribuan orang memang menyemut di Jalan Jenderal Sudirman, menyaksikan berbagai jenis pentas seni jalanan dan arak-arakan mobil hias.
Tidak hanya dari Kota Bogor, peserta juga datang dari berbagai daerah lain. Diantaranya dari Sumedang, Sukabumi, Cianjur, Subang, Bandung Barat dan Kabupaten Bogor. Mereka masing-masing mempersembahkan jenis-jenis kesenian helarannya.
Para perwakilan dari keenam daerah tersebut, mengapresiasi Pemerintah Kota Bogor. Mereka menilai, kegiatan tersebut merupakan ajang memperkenalkan, mempomosikan sekaligus menjadi pelestarian kesenian tradisional Jawa Barat.
Walikota Bogor, Bima Arya menyebut Helaran sebagai identitas dan kebanggaan Kota Bogor. “Meriah helaran meriah pula Kota Bogor,menyaksikan helaran merasakan kebanggaan terhadap Kota Bogor dengan identitasnya yang luar biasa,” katanya.
Dia berharap Helaran digelar setiap tahun, karena acara ini merupakan tradisi dan budaya yang mempersatukan warga dengan beragam perbedaannya.
Lalu apa makna lain di balik Helaran? Menurut Sekretaris Tim Pelaksana Indonesia's Calendar of Events 2018 Kemenpar Mumus Muslim, Kementerian Pariwisata sudah memasukan Helaran Seni Budaya dan Pawai Mobil Hias Kota Bogor sebagai salah satu kalender agenda nasional.
“Dari 3.000 event yang ada di Nusantara, hanya 100 kalender event yang sudah kami masukan sebagai agenda besar tahun yang terdaftar di kalender event kami,” ungkapnya.
Bukan tidak mungkin jika helaran kelak bisa sejajar dengan event serupa di tingkat nasional. Diantaranya seperti Jember Fashion Festival dan Banyuwangi Etno Carnival. Hal itu disampaikan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Bogor, Yuno Abeta Lahay.
“Saya pikir tinggal publikasi dan sosialisasinya saja. Acara sebesar itu sebaiknya dimasukan menjadi materi atau konten promosi hotel-hotel. Bisa juga dijadikan sebagai program paket kunjungan bagi tamu-tamu mereka,” kata Yuno.
Sampai saat ini pun pelaksanaan Helaran memang sudah berpengaruh kepada para tamu hotel-hotel di Kota Bogor.
“Ada sejumlah tamu kami yang bertanya seputar acara helaran. Misalnya, acara helarannya di mana, dari sini ke acara helaran naik apa, acaranya ada apa aja. Cukup baik dampaknya bagi kami. Mungkin hotel-hotel lain juga merasakan hal yang sama,” ungkap Arimbi Dewi Margono, Public Relations Royal Hotel.
Tidak hanya menjadi daya tarik wisata, karena Helaran juga bermakna sebagai pelestarian budaya, sekaligus hiburan bagi masyarakat.
“Jika dilihat, warga yang hadir mungkin lebih dari 10.000 orang. Tentunya ini sangat menggembirakan karena warga masih antusias ingin menyaksikan kesenian dan kebudayaan tradisional di tengah gempuran budaya asing,” ungkap Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Bogor, Shahlan Rasyidi.
Zakaria, seorang warga Ciwaringin mengaku rutin menyaksikan Helaran. Menurutnya selain meriah, kegiatan ini mengandung unsur edukasi bagi anak-anak muda Bogor. Sebab, berbagai kesenian dan budaya Sunda yang ada hampir dilupakan generasi muda.
"Sebagai orang Sunda saya senang bisa melihat pawai kebudayaan Sunda yang sangat bagus ini, ini harus terus dilestarikan tentunya," katanya.
Bahkan bagi umumnya warga masyarakat, Helaran telah menyuguhkan hiburan tersendiri. Itu sebabnya Anistiara, seorang warga Bogor datang ke Helaran sejak pagi bersama suami dan dua anaknya. Menurutnya Helaran sangat seru dan banyak pawai yang unik-unik.
"Harapan saya semoga acara seperti ini tetap ada terus dan semakin lebih baik."(*)