“Banyak yang bertanya kepada saya, kok masih jadi anak punk kan sudah jadi penyuluh agama. Punk itu kan yang pakaian acak-acakan, suka di jalanan, dan aliran keras. Apa tidak malu? Ya saya anggap angin lalu saja, yang penting saya meyakini jalan saya,” tandas Dwi.(I Wayan Erwin Widyaswara)
Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Kisah Made Susila Pagi Jadi Penyuluh Agama, Malam Jadi Punker,