TRIBUNNEWS.COM, SIGLI - Tiga penambang emas tradisional di pegunungan Gampong Pulo Loih, Kecamatan Geumpang, Pidie ditemukan tewas di lubang galian diduga akibat kekurangan oksigen, Minggu (2/9) sekitar pukul 15.00 WIB.
Insiden mengenaskan itu terjadi ketika lubang galian baru saja dilakukan prosesi peusijuek (tepung tawar).
Ketiga korban ditemukan tewas dalam satu lubang galian sedalam lebih kurang 17 meter.
Satu dari tiga korban bernama Murtada (33) selaku pemodal pada usaha tambang ilegal itu.
Murtada tercatat sebagai warga Gampong Blang Dalam, Kecamatan Mane, Pidie.
Dua lainnya adalah buruh tambang, yaitu Pendi (27), asal Medan, Sumatera Utara dan Saiful Amri (27), warga Kecamatan Sungai Raya, Aceh Timur.
Insiden tewasnya tiga penambang emas ilegal terjadi setelah dilakukan prosesi peusijuek di lokasi lubang yang hendak digunakan untuk aktivitas penambangan.
Baca: PBNU Segera Cek di Lapangan Terkait Tambang Emas Tumpang Pitu
Peusijuek dilakukan oleh pemodal (Murtada) karena lubang sudah lama tidak digunakan.
Kapolres Pidie, AKBP Andy Nugraha Setiawan Siregar SIK melalui Kapolsek Geumpang, Iptu Agustiar kepada Serambi, Senin (3/9) mengatakan, peristiwa itu berawal ketika Murtada membuka kembali aktivitas penambangan pada lubang galian yang sudah lama ditinggalkan.
Dalam aktivitas penambangan itu Murtada melibatkan dua pekerja, Pendi dan Saiful Amri.
Menurut Agustiar, prosesi peusijuek dihadiri sekitar 10 warga.
Setelah upacara adat itu, Pendi langsung turun ke lubang dengan kedalaman sekitar 17 meter tanpa menggunakan alat bantu oksigen.
Beberapa saat kemudian, beberapa warga di mulut lubang memanggil namun tak ada respons dari Pendi.
Menduga ada sesuatu yang tidak beres, rekannya, Saiful Amri yang juga tanpa menggunakan oksigen masuk ke lubang.
Akhirnya Saiful Amri juga tak merespons panggilan hingga suasana pun berubah panik.
Murtada pun menyusul turun ke dalam lubang untuk memastikan apa yang telah terjadi pada kedua pekerjanya.
Anehnya, Murtada juga tidak menggunakan oksigen yang disuplai dari blower (mesin penyuplai oksigen).
“Ternyata setelah satu jam ketiganya tidak muncul. Tanpa menunggu lebih lama, Fahrul (adik kandung Murtada) turun ke lubang galian menggunakan oksigen. Saat itulah diketahui kalau Murtada bersama kedua pekerjanya sudah tak bernyawa di dasar lubang. Secepatnya Fahrul menginformasikan apa yang terjadi dan selanjutnya proses evakuasi ketiga jenazah dilakukan,” kata Kapolsek Geumpang.
Proses evakuasi ketiga jenazah dari lubang tambang berlangsung relatif cepat karena lokasi tambang tidak diguyur hujan.
Sekitar pukul 15.40 WIB ketiga jenazah berhasil dikeluarkan dari lubang tambang dan selanjutnya melewati jalan setapak ditandu dengan melibatkan aparat TNI/Polri dan masyarakat ke pinggiran jalan nasional di kawasan Alue Baroe, Kecamatan Geumpang.
“Pukul 18.00 WIB, ketiga jenazah tiba di Puskesmas Geumpang untuk kepentingan visum sebelum diserahkan kepada keluarga masing-masing,” kata Agustiar.
Keuchik Blang Dalam, Armia Hanafiah yang dihubungi Serambi, Senin (3/9) mengatakan, Murtada meninggal saat menolong dua pekerja yang sudah lebih dulu masuk ke lubang galian.
Namun ketiganya menemui ajal akibat kekurangan oksigen.
Jenazah Murtada dikebumikan di Gampong Blang Dalam, Minggu (2/9) sekitar pukul 00.00 WIB. Almarhum meninggalkan seorang istri dan tiga anak yang masih duduk di bangku SD.
Sementara jenazah Pendi dan Saiful dipulangkan ke kampung halaman masing-masing pada malam itu juga sekitar pukul 23.00 WIB. (naz)