Carolina menambahkan untuk setiap labu digunakan bahan yang berbeda. Ada yang menggunakan kopi rebusan dari kopi lokal jenis robusta dalam bentuk bubuk instan maupun kopi bubuk biasa.
Menggabungkan kopi dan labu menjadi sebuah selai dibutuhkan teknik tersendiri, sehingga didapatkan wujud selai yang diinginkan.
Berdasarkan bahan baku labu yang dipilih maupun bahan campuran yang digunakan, bahkan rasa yang dihasilkan juga akan berbeda-beda.
“Karakteristik masing-masing labu berbeda, baik dari segi ketinggian kadar air maupun pH-nya. Untuk rasa yang dihasilkan dari keempat selai ada manis, segar, creamy dan ada yang kuat rasa kopinya."
"Setiap varian produk ini juga sudah kami uji coba masing-masing ke 120 panelis untuk mengetahui apakah selai ini bisa diterima di pasaran atau tidak, bahkan semuanya punya kesukaan tersendiri,” paparnya.
Produk dengan nama Konvyt yang mereka hasilkan ini selain unik juga relatif sehat karena menggunakan bahan alami, kaya serat, mengandung vitamin serta tidak mengandung bahan kimia pengawet.
Mereka juga telah membuktikan bahwa selai yang mereka buat dapat bertahan selama dua bulan jika disimpan di lemari pendingin dan sekitar seminggu di suhu ruangan.
“Kami ingin agar Konvyt suatu saat dapat diproduksi massal agar bisa dinikmati masyarakat luas, tapi masih harus diteliti lebih lanjut termasuk mengurus paten,” pungkas Carolina.